RSS

menjaga tujuan (lembaga) pendidikan Islam

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Idealitas Islam

Dalam konsep Islam, tujuan utama pendidikan adalah mengantarkan peserta didik untuk semakin dekat dan taat kepada Alllah swt. Semakin pandai seorang murid harapannya ia akan semakin bertaqwa kepada Allah swt dengan indikasi karakter pribadinya bertambah sholeh dan tawadu’.

Untuk mencapai tujuan di atas, materi pelajaran pertama yang diberikan kepada seorang murid adalah materi-materi yang mengarah kepada pembentukan karakter yang Islami. Materi ini diawali dengan pengajaran aqidah yang benar. Pelajaran tersebut bertujuan untuk mengenalkan eksistensi Rabbnya dengan segala sifat keagunganNya dan juga fungsi serta tugas keberadaan manusia di alam semesta ini.

Dalam proses pembentukan karakter ini para siswa mengalami pembiasaan ibadah seperti sholat wajib tepat waktu, sholat berjama’ah dan ibadah-ibadah sunnah seperti sholat-sholat sunnah, puasa sunnah serta ibadah-ibadah sunnah lainnya. Murid juga diajari adab-adab bersikap bertingkah laku kepada orang tua, orang yang lebih tua, para guru, orang yang lebih muda dan orang-orang kebanyakan. Belajar adab adalah awal atau pembuka sebelum belajar ilmu.

Setelah karakter kepribadiannya baik sesuai standard Islam, murid kemudian di arahkan untuk mempelajari tsaqafah Islamiyah dan menuguasainya dengan handal. Mereka diberikan pengetahuan yang bersifat fardu‘ain maupun fardhu kifayah, sekaligus memberikan mereka kesempatan memilih ilmu mana yang akan diperdalam. Harapannya langkah-langkah mereka dalam kehidupan di dunia selalu mencerminkan pribadi muslim yang utuh dan kaffah.

Dengan metodologi tersebut maka diharapkan pembentukan karakter seorang murid akan berjalan dengan baik. Sehingga apapun nanti keilmuan yang seorang murid dalami akan semakin mengantarkan ia dekat dengan Allah swt. Ketika ia belajar mengenai sel dalam bidang kedokteran, pengetahuannya itu semakin membuat ia kagum akan kekuasaan dan kebesaran Allah swt. Begitu pula tatkala ia mendalami ilmu-limu lainnya, bertambah ilmunya bertambah pula ketakwaanya.

Sesungguhnya mereka yang takut di kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama". (QS. Al-Fathir : 28).


Itulah diantaranya yang membuat ketika peradaban Islam sedang berada di puncak dunia, kita akan menemu
kan seorang astronom yang juga hafidz al-Qur’an dan pakar ilmu-ilmu bahasa Arab. Ada pula seorang panglima perang yang juga ahli tafsir, ataupun ahli matematika tapi juga ahli qiroat dan lain sebagainya. Hal itu bisa terjadi karena pondasi dasar mereka sudah dicetak dengan benar sehingga bangunan ilmu di atasnya mendukung bahkan semakin mengokohkan pondasi tersebut.

Realitas masa kini

Ketika wajah peradaban dunia sekarang ini bercorak barat yang materialis dan sekuler, maka semua aspek kehidupan seluruh dunia juga mengikutinya. Tidak ketinggalan pula segi pendidikan ala barat juga menjadi rujukan dan kiblat bagi bangsa-bangsa lainnya, termasuk umat Islam

Karena konsep pendidikan barat yang dipergunakan, maka tidak ada ruh spiritual didalamnya, Menurut mereka ilmu itu bebas nilai (free value), berbeda dengan prinsip Islam yang mengatakan bahwa ilmu itu sarat nilai (value laden). Akiabtnya materi pelajaran yang diberikanpun tidak mengantarkan para murid untuk semakin dekat dengan Allah swt. Bertambahnya pengetahuan yang dimiliki tidak menambah ketaqwaan, justru sebagian malah semangat untuk menafikan bahkan menentang kekuasaan Allah swt.

Ilmu alam dan sosial yang sebenarnya sarana efektif untuk memahami kebesaran dan keagungan Allah swt tidak berfunsi demikian dalam konsep pendidikan fisik-materialis. Justru mereka membuat pernyataan dan kesimpulan baru yang menolak kehadiran Allah swt sebagai Khaliq dan Rabb bagi seluruh alam semesta beserta isinya.

Kurikulum pendidikan yang ada hanya menambah kepandaian murid dalam aspek intelektual saja, aspek akhlaq dan ruhiyyah tidak mendapat perhatian sekali. Pengajaran bidang studi agama hanya dua jam dalam satu minggu. Bandingkan dengan pelajaran-pelajaran ilmu pengetahuan alam, sosial maupun matematikan yang setiap minggunya mencapai belasan jam.

Belum lagi materi pelajaran agama yang dua jam itu juga tidak komprehensif untuk mengantarkan anak memiliki akhlaq mulia sebagaimana tuntuban Islam. Tentu saja tidak bisa banyak diharapkan out put seperti ini akan memberikan pencerahan setelah keluar dari bangku sekolah. Bertahun-tahun ilmu yang mereka pelajari tidak memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, apalagi bagi orang lain, tentu saja dalam perspektif keselamatan dunia akhirat.

Akibatnya kerusakan di muka bumi semakin menjadi-jadi karena orang –orang yang menguasai ilmu telah kehilangan rasa takut dan tunduknya kepada Allah swt. Kita sering menemui para pelaku kejahatan yang canggih dan pintar justru adalah orang-orang yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi.

Ironisnya fenomena dewasa ini menunjukkan semakin banyak lembaga pendidikan berlabel Islam terjerat dalam kesalahan bersikap seperti itu. Sebagai salah satu contoh saja pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, mereka sangat ribut dan ribet sekali dalam menyiapkan materi pendidikan yang masuk UAN jauh-jauh hari sebelum waktunya.

Segala daya, upaya dan cara yang terkadang menyalahi aturan kebenaran mereka tempuh supaya para muridnya lulus semua. Karena prestasi dalam ujian tersebut akan sangat membanggakan mereka. Sebaliknya ketika melakukan standarisasi materi ulumuddin atau diniyah mereka banyak memberikan toleransi kepada peserta didiknya karena asumsi yang dipakai toh pelajaran itu sekedar pelengkap atau aksesoris belaka.

Penutup

Tidak bisa tidak, kebangkitan peradaban Islam selalu berpangkal dari kesadaran setiap muslim untuk menjalankan syariat Islam dengan benar dan sempurna. Lembaga pendidikan Islam mempunyai peran signifikan sebagai pabrik yang memproduksi orang-orang yang siap melaksanakan dan memperjuangkan kebenaran dan keagungan risalah Islam.

Oleh karena itu arah pendidikan lembaga Islam harus selaras dengan konsep pendidikan manusia menurut al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. Boleh saja kita mengambil konsep dan metodologi pengajaran barat, tapi jangan sampai justru menjadi pekerjaan dan pemeran utama sehingga lambat laun menyingkirkan konsep pendidikan Islam sendiri. Peran serta para ulama dan pakar pendidikan Islam sangat besar untuk melaksanakan pekerjaan ini. Jika tidak harapan kebangkitan Islam yang kita dambakan tentunya akan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Wallahu ‘alam.

| edit post

2 Responses to "menjaga tujuan (lembaga) pendidikan Islam"

  1. marsudiyanto Says:
  2. Kalau di negara kita kayaknya pendidikan formal masih jadi yang utama Mas...
  3. abinehanafi Says:
  4. formal atau non formal tidak masalah asal melahirkan manusia-manusia yang berbudi dan berakhlaq mulia. supaya negeri kita jauh lebih baik.

Posting Komentar