RSS

posisi akhirat dalam diri manusia

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Mengamati dunia sekitar kita hari-hari ini membuat hari serta perasaan kita menjadi sedih dan prihatin. Kemaksiatan merajalela dimana-mana. Hawa nafsu sudah menjadi pengendali kehidupan. Harta dan kekuasaan menjadi tujuan, wanita diperebutkan, kebenaran semakin dipinggirkan tinggal menghiasi lembaran kisah-kisah orang-orang sholeh zaman dahulu.

Umur dunia semakin tua, kalau diibaratkan hari ia mendekati waktu senja. Dalam kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah saw beliau pernah bercerita bertemu dengna seorang wanita yang sudah tua renta berdandan berlebihan dengan segala make up dan perhiasan miliknya. Ketika Rasulullah saw bertanya tentang fenomena tersebut, malaikat Jibril menjawab bahwa itu adalah gambaran dunia pada masa beliau yang sudah tua renta sehingga berdandan sedemikian rupa untuk menggoda manusia.

Sayangnya semakin tua dunia malah membuat manusia semakin cinta kepadanya. Bertambah banyak orang tenggelam dalam kelezatan semu atau terjerat tipu daya dunia. Mereka kian lalai terhadap Allah swt, Pencipta dan Pemilik dunia ini. Daya tarik dunia bertambah kuat dan memabukkan sehingga mereka tidak sadar akan buaiannya dan melupakan lain-lainnya, termasuk akhirat.

Diantara faktor penyebab hal tersebut adalah ketidak percayaan mereka kepada hari berbangkit. Keyakinan bahwa kehidupan itu hanya selama tinggal di dunia membuat mereka berfikir tidak perlu menabung amal dengan berbuat kebaikan dalam hidup. Karena berbuat jahat sekalipun, selama hukum di dunia tidak mengetahuinya mereka merasa aman-aman saja.

Bagaimana sesungguhnya manusia memandang tentang kehidupan hari berbangkit?

Kalau kita perhatikan, paling tidak sikap hidup manusia dalam memandang kehidupan hari berbangkit dapat di bagi ke dalam tiga kelompok. Tiga kelompok tersebut adalah:

Kelompok pertama; golongan manusia yang menolak sama sekali adanya hari kemudian (kiamat). Dewasa ini kuantitas mereka kian hari kian banyak dan menjadi kelompok mayoritas di kalangan manusia. Orang-orang dalam kelompok ini percaya bahwa sesuatu dikatakan ada kalau ada wujudnya. Bagi mereka kehidupan ini hanyalah semata-mata di dunia saja.

Inilah kelompok yang menganut paham materialisme. Mereka hanya mempercayai yang nampak saja dan menolak yang ghaib atau tidak nampak. Pemahaman ini kemudian mereka transefer ke dalam perilaku sehari-hari. Akibat ketidak percayaan kepada hari akhir, mereka menghalalkan segala macam cara guna memcapai apa yang diinginkan.

Tidak ada kata baik atau buruk, boleh atau tidak, yang ada hanyalah apapun yang diinginkan harus diperoleh. Mereka tidak berfikir bagaimana nasib orang lain atas tindakannya; menderita, sengsara atau terdzalimi. Mereka tidak meyakini adanya pembalasan atas semua perbuatan mereka di dunia sehingga tidak pernah merasa perlu mempertanggung jawabkan semua apa yang telah diperbuat dalam hidupnya.

Allah swt menegaskan prinsip hidup manusia seperti ini di dalam Al-Qur’an surat al-Jatsyiah ayat 24.

“Dan mereka berkata” Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa”. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga".

Bagaimana nasib mereka di hari penghitungan? Kalau tidak bertaubat sampai meninggalnya, pastilah mereka akan menyesal. Kelak orang-orang tersebut akan menyesal ketika mereka dibangkitkan dan mendapatkan balasan atas apa yang mereka dustakan selama hidupnya. Semoga Allah swt senantiasa memberikan hidayah kepada kita dan menjauhkan kita dari sifat seperti itu.

Kelompok kedua; golongan ini adalah kumpulan manusia yang mempercayai keberadaan hari akhirat tetapi tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya. Mereka mengatakan beriman dan percaya kepada hari kiamat, tetapi tingkah laku dalam kehidupan sehari-hati tidak jauh beda dengan golongan manusia pertama tadi. Mereka masih saja menghalalkan segala macam cara untuk menuruti hawa nafsunya. Mereka masih tergoda bujuk rayu syaitan dan ikut berebut kekuasaan dan harta kekayaan dengan cara-cara yang tidak diridhoi Allah swt.

Sebagian umat Islam atau kaum muslimin saat sekarang masih ada yang masuk ke dalam kelompok ini. Seharusnya sebagai orang-orang yang mengimani adanya hari pembalasan, mestinya bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Tetapi sayang, keimanan tersebut hanya berhenti disitu saja tidak berpengaruh dalam perbuatan atau tingkah lakunya. Pernyataan iman hanya ada di bibir saja alias dusta, sedangkan kenyataan hidup sehari-hari sangat bertolak belakang dari konsep iman kepada hari akhir.

Allah swt mengabarkan sifat dan karakter kelompok manusia ini di dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 66:

“Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta dari padanya".

Bagaimana nasib mereka di hari kiamat? Kalau mereka tetap dalam kondisi demikian dan tidak bertaubat secara sungguh-sungguh kepada Allah swt, hanya kesedihan dan penyesalan yang diperoleh. Kita berdoa kepada Allah swt semoga diri kita tidak masuk ke dalam golongan manusia-manusia tersebut.

Kelompok ketiga; mereka meyakini adanya akhirat dan berusaha sekuat tenaga mempersiapkan bekal untuk menghadapainya. Inilah kelompok terbaik; beriman secara lisan, hatinya membenarkan dan perbuatannya menunjukkan keimanan tersebut.

Inilah yang disebut orang-orang mukmin. Iman kepada Allah swt dan hari kiamat membentuk sikap dan perilakunya. Seluruh perbuatannya disesuaikan dengan aturan dan petunjuk Allah swt. Tindakan mereka terkontrol sepenuhnya oleh rasa tanggung jawabnya terhadap hari pengadilan dan pembalasan.

Di dalam surat al-Mu’minun ayat 60-61, Allah swt menjelaskan tentang kelompok hamba-hamba yang terpuji ini:

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapatkan kebaikan demi kebaikan dan mereka itulah orang-orang yang segera memperoleh balasan".

Balasan bagi orang-orang seperti di atas tersebut adalah surgaNya dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Itulah balasan bagi orang-orang yang mampu mengendalikan sekaligus mengalahkan gejolak nafsu manusiawi di dalam dirinya dan juga bisikan syetan laknatullah. Kita berdoa kepada Allah swt semoga termasuk ke dalam kelompok manusia yang mendapatkan hidayah untuk tetap taat kepadaNya sepanjang hidup di dunia ini. Amiiiiin.

| edit post

0 Responses to "posisi akhirat dalam diri manusia"

Posting Komentar