RSS

belajar mengikhlashan amal

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Melakukan suatu perbuatan baik itu susah. Menjaga perbuatan baik tersebut istiqomah dikerjakan jauh lebih susah. Tapi ada hal yang lebih susah lagi dari menjaga istiqomah yaitu menjaga keikhlasan dalam setiap amalan. Terlebih sebagian manusia sudah terjerat kedalam konsep berfikir materialisme; mengukur segala sesuatu dengan benda atau hal-hal yang sifatnya riil.

Ikhlash berarti mampu mengarahkan seluruh tujuan dari suatu aktifitas kita hanya semata-mata mengharap ridho Allah swt. Hati mampu menepikan dan menolkan seluruh interest kepada selain Allah swt. Tidak ada motivasi lain, hanya memberikan persembahan terbaik kepada Allah swt.

“Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-An’am: 162)

Sayangnya, ikhlash lebih mudah untuk diucapkan dengan lisan sementara untuk memiliki sifat tersebut sungguh membutuhkan perjuangan luar biasa kuatnya. Dan tidak banyak manusia yang mampu mendapatkan predikat tersebut.

Meskipun demikian sulitnya, namun kita harus selalu berusaha mendapatkan kondisi ikhlash ketika beramal karena hal tersebut merupakan salah satu syarat diterimanya amalan kita. “Allah hanya menerima amal yang disertai dengan keikhlasan dan karena ingin mencari ridhaNya”. (HR. Abu Daud da Nasa’i).

Diantara cara melatih diri kita supaya mempunyai karakter mukhlisin adalah berusaha mengendalikan keinginan nafsu kita. Dorongan nafsu karena motivasi internal maupun godaan syaitan seringkali menjadi ganjalan utama untuk ikhlash. Dorongan itu bisa berupa keinginan mendapat pujian, sanjungan, maupun penghargaan dari orang lain.

Iblis menjawab : "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish diantara mereka.“ (QS. Shaad : 82-83)

Karena ada satu cara sederhana untuk melatih apakah kita ikhlash atau tidak dalam beribadah kepada Allah swt. Coba bandingkan kesungguhan atau keseriusan satu ibadah kita ketika sendirian dan bersama-sama orang banyak. Jika nilainya sama, bisa jadi sudah ada keikhlasan dalam diri kita. Sebaliknya apabila kita ternyata lebih serius beribadah ketika sedang bersama orang banyak, kemungkinan besar hati kita masih ada keinginan mengharap pujian dari manusia.

Cara lainnya untuk melatih keikhlasan adalah dengan mengurangi (karena untuk menghilangkan jelas tidak mungkin) kecintaan kita terhadap dunia. Paling tidak, sifat tamak dan rakus terhadap dunia tidak terdapat di dalam diri kita. Apabila kita mampu selalu menghadirkan kesadaran terhadap keberadaan hari kiamat, insya Allah kecintaan yang berlebihan terhadap dunia akan terkurangi.

Berapa banyak manusia yang beramal dengan susah payah kemudian menganggap akan memperoleh balasan dari Allah swt karena merasa sudah ikhlash, ternyata tidak mendapat apa-apa. Ternyata amalnya rusak oleh hatinya yang tidak sepenuhnya

Saya teringat cerita guru saya tentang keikhlasan. Saya lupa darimana beliau mengambil kisah tersebut. Beliau berkisah bahwa ada seseorang yang setiap sholat berjama’ah selalu shalat di shaf terdepan. Hal itu ia lakukan dalam jangka waktu yang lama.

Pernah pada suatu hari karena sedang mempunyai banyak keperluan, ia terlambat sehigga tidak kebagian tempat di barisan pertama. Ia pun shalat pada barisan kedua. Pada saat itulah muncul perasaan malu di dalam dirinya kepada orang-orang di sekitarnya yang melihatnya berada di barisan kedua. Ternyata selama ini ia lebih merasa senang g]dan nikmat ketika sholat di shof pertama karena ingin di lihat orang lain, bukan semata-mata ingin di lihat Allah swt.

Karenanya mari kita selalu membuat komitmen dalam hati untuk berusaha selalu berniat dan menjaga niat yang benar dalam mengerjakan suatu amalan. Upaya lainnya yang dapat kita llakukan adalah melakukan evaluasi atau muhasabah diri. Kita cek keikhlasan dalam setiap amal-amal kita. Muhasabah yang dilakukan secara rutin merupakan sarana efektif untuk menjaga komitmen dalam diri kita.

Tidak boleh ketinggalan tentunya mengharapkan bantuan dan pertolongan Allah swt. Dialah Dzat yang memiliki seluruh alam raya ini. Dalam kekuasaanNya hati kita sehingga Dia bisa membolak-balik hati setiap manusia kapa saja ia mau. Hanya kepadaNya kita menyembah dan hanya kepadaNya pula memohon pertolongan.

| edit post

0 Responses to "belajar mengikhlashan amal"

Posting Komentar