RSS

Nikmatnya hidup berjama’ah

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Jatidiri manusia sebagai makhluq sosial membuat manusia mempunyai naluri dasar untuk hidup berdampingan dengan sesamanya. Gabungan dari individu-individu yang memiliki kecenderungan sama kemudian melahirkan satu kelompok manusia bernama kampung, propinsi, negara, juga ummat. Bersama-sama mereka berusaha mencapai tujuan dan harapan yang ingin dicapainya dalam keidupan di dunia.

Di samping fitrah manusia, hidup bermasyarakat atau berjama’ah merupakan perintah Allah swt kepada para makhluqnya. Dia mendorong menyuruh manusia untuk bersatu dalam sebuah ikatan syariat Allah yang kokoh sehingga tidak berselisih dan terpecah belah. Allah swt berfirman “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS. Ali Imron:103).

Tentu saja bukan sembarang kumpulan manusia yang kita jadikan sebagai teman sejalan dan seperjuangan. Orang-orang yang kita kumpuli haruslah orang-orang yang baik dan benar. Allah swt berfirman ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. At-Taubah: 119).

Begitu pula Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk bersatu dalam sebuah jama’ah yang baik dan benar. Umat ini akan kuat kalau antar personnya bersatu dan tidak tercerai berai. Beliau saw bersabda “Diwajibkan atas kamu sekalian agar berjama’ah dan diperingatkan kepada kamu sekalian dari perpecahan”(HR.Ahmad dan Turmudzi).

Meskipun demikian karena sebuah kelompok atau jama’ah merupakan kumpulan dari manusia dengan latar belakang berbeda, tentu saja permasalahan-permasalahan akan timbul. Itulah manusia. Keberadaan manusia dengan segala rasa, cita, kepentingan dan harapan tentu saja tidak selalu akan selaras satu dengan lainnya. Terkadang persingungan dan perbedaan mewarnai kepentingan tersebut.

Pada saat itu menimpa sebuah kelompok atau jama’ah manusia, faktor landasan gerak dari jama’ah tersebut menjadi faktor penting penentu dan pemutus problem yang muncul. Jika sebuah kelompok memilih landasan geraknya adalah materi (kekayaan dan kekuasaan) kebanyakan permasalahan tidak akan selesai dengan cepat, bahkan tidak bisa diselesaikan dan melahirkan perpecahan. Kalau kita membaca sejarah kehidupan manusia sejak zaman dulu sampai sekarang, kesimpulan tersebut layak untuk dipercaya.

Karenanya Islam mengharuskan umatnya menjadikan al-Qur’an dan as-sunnah sebagai landasan gerak. Sebagai ajaran yang bersumber dari wahyu Allah swt tentu saja Islam sangat sempurna dalam memberikan panduan hidup untuk manusia. Kesempurnaan itu meliputi pedoman hidup sebagai individu, keluarga, masyarakat dan anggota komunitas ummat secara global

Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki kepedulian yang tinggi terhadap saudarnya se iman. Prinsip ukhuwah berdasarkan aqidah mengalahkan fanatisme karena darah, suku, dan ikatan wilayah. Karenanya dimanamun mereka berada selama telah mengikrarkan syahadat adalah saudara-saudara kita. Kegembiraan mereka adalah kegembiraan kita, sebaliknya duka nestapa yang mereka alami juga kesedihan serta kepiluan kita.

Landasan iman yang kuat dan kokoh membuat gesekan akibat permasalahan materi duniawi bisa diminimalisi, tapi bukan tidak ada. Kesadaran akan kepentingan bersama yang lebih besar dan keinginan mencapai ridho Allah swt di dunia dan akhirat membuat setiap orang untuk menahan diri dari terlalu sering menyakiti saudaranya. Rasulullah saw mempertegas konsep tersebut dalam sabda beliau ”Tidak sempurna iman kalian sehingga kalian mencintai saudaramu seperti mencintai diri kalian sendiri.” itulah tingkatan ukhuwah paling tinggi.

Kalau membaca lembaran-lembaran perjalanan hidup para pandahulu kita para sahabat dan salafush sholeh, rententan kisah keindahan persaudaraan terpampang jelas dan banyak. Kisah seteguk air minum dalam perang Yarmuk hanyalah satu dari sekian banyak cerita ketinggian akhlaq para pendahulu kita untuk mendahulukan saudaranya dibandingkan dirinya meskipun nyata atau kematian menjadi taruhannya.

Hidup dalam jama’ah memang berat. Syetan tidak akan membiarkan manusia bersatu dan rukun dengan sesamanya. Segala tipu daya akan ia kerahkan untuk mempengaruhi seseorang agar berselisih dengan saudaranya. Karena ia mengetahui orang-orang yang menyendiri adalah mangsa empuk untuk ia terkam sebagai santapannya. Rasulullah saw memperingatkan umatnya atas bahaya tersebut “Sesungguhnya syetan itu srigala bagi manusia, seperti srigala bagi kambing yang menerkam kambing-kambing yang keluar dari kawanannya dan menyendiri. Karena itu jauhilah perpecahan, dan hendaklah kamu bersama jama’ah dan orang banyak”.(HR. Ahmad)

Oleh karena itu seberat apapun dalam hidup berjama’ah tentu lebih selamat daripada hidup sendirian. Kesulitan dan problematika berkumpul menjadi orang banyak tidak harus membuat seseorang lari menjauh. Justru itulah ujian kedewasaan dalam berfikir dan menimbang setiap urusan terkait keinginan sendiri, orang lain serta kepentingan umum. Tentu saja permohonan kepada Allah swt supaya senantiasa dikuatkan hati untuk hidup berjama’ah harus selalu dilantunkan setiap saat. Tanpa pertolongan dan perlindungan Allah swt mustahil insan bisa bertahan dan istiqomah menempuh jalan Islam yang tidak selalu enak dan lurus ini.

| edit post

0 Responses to "Nikmatnya hidup berjama’ah"

Posting Komentar