Kita Hanya Mampir
"Setiap manusia akan merasakan kematian".
(al-Qur'anul Karim)
Hanzalah bin Abu Amr terkejut. Panggilan jihad yang berkumandang di seantero Madinah mengusik iman dan jiwanya. Ketika itu Madinah memang sedang sibuk mempersiapkan dirinya menghadapi serangan pasukan Musyrikin Makkah. Rasulullah saw mengajak kaum muslimin bersiap-siap menghadapi semangat balas dendam orang-orang musyrik setelah kekalahan mereka dalam perang Badr.
Hanzalah mendengar panggilan jihad bersamaan dengan pesta pernikahannya Sesaat ia berada di persimpangan jalan antara memilih menikmati malam pengantinya lebih lama atau memenuhi seruan Rasulullah saw. Ia memilih yang kedua memenuhi panggilan jihad Rasulullah saw.
Peperanganpun berkorban. Kemenangan kaum muslimin yang sudah di depan mata sirna karena sebagian pasukan melalaikan tugasnya. Banyak para pemuka kaum muslimin syahid seperti Hamzah bin Abdul Muthalib dan Mush’ab bin Umair. Hanzalah mendapat kehormatan juga untuk menjadi salah seorang yang syahid di jalan Allah swt setelah bertempur gagah berani. Allah swt kemudian menugaskan para malaikat memandikan jenazahnya karena ternyata ketika berangkat ke medan jihad Hanzalah dalam keadaan junub. Sebuah kehormatan berlipat baginya.
Ketika Allah swt menciptakan manusia, dari janin menjadi bayi yang dilahirkan sampai tumbuh sebagai manusia dewasa, hingga hari ini, tujuan-Nya adalah menyuruh manusia pergi ke negeri akhirat. Dia menciptakan dunia ini semata-mata untuk sarana permampiran manusia; menyiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi dan mengajak sesamanya yang berjalan menyimpang untuk kembali kepada tujuan kehidupannya di dunia.
Tak ada yang bisa mengubah waktu mampir menjadi waktu bersantai-santai selamanya, karena setiap yang diberi-Nya nyawa otomatis menjadi peserta mampir. Dan tak ada yang tak mampir - alias tinggal untuk selama-lamanya - karena semuanya harus pergi ke tujuan yang sama. Dengan persepsi demikian maka seharusnya setiap muslim menyadari bahwa semua orientasi aktifitas hidupnya adalah mengumpulkan bekal amal kebaikan. Sehingga dan bahagia selamat dalam mengarungi kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabuut ayat 64).
Kesadaran itu juga akan menjadi benteng dari pengaruh hawa nafsu yang senantiasa ditiupkan oleh setan dan bala tentaranya ke dalam hatinya. Godaan untuk berangan-angan hidup selamanya di dunia dengan sendirinya akan sirna.
Aktifitas hidupnya akan selalu diniatkan sebagai ibadah kepada Allah swt. Dia tidak larut dalam berburuan harta dunia yang sementara. Tidak ikut berlomba menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, dan nama besar. Baginya itu semua hanya sementara.
Dia tidak mudah panik menghadapi permasalahan dunia karena memiliki bekal kesabaran dan kesyukuran. Bersabar ketika menerima ujian Allah swt apapun bentuknya dan bersyukur manakala menerima setiap rizki dari Allah swt. Maka kehidupannya menjadi tenang karena orientasinya jelas. Dia hanya selalu berharap Allah swt memberinya hidayah untuk selamat sampai akhir hidupnya di dunia dan bahagia di akhirat. Allahu’alam
To almarhum Irvan YK; Allahumaghfirlahu warkhamhu wa 'afihi wanfu'anhu
"Setiap manusia akan merasakan kematian".
(al-Qur'anul Karim)
Hanzalah bin Abu Amr terkejut. Panggilan jihad yang berkumandang di seantero Madinah mengusik iman dan jiwanya. Ketika itu Madinah memang sedang sibuk mempersiapkan dirinya menghadapi serangan pasukan Musyrikin Makkah. Rasulullah saw mengajak kaum muslimin bersiap-siap menghadapi semangat balas dendam orang-orang musyrik setelah kekalahan mereka dalam perang Badr.
Hanzalah mendengar panggilan jihad bersamaan dengan pesta pernikahannya Sesaat ia berada di persimpangan jalan antara memilih menikmati malam pengantinya lebih lama atau memenuhi seruan Rasulullah saw. Ia memilih yang kedua memenuhi panggilan jihad Rasulullah saw.
Peperanganpun berkorban. Kemenangan kaum muslimin yang sudah di depan mata sirna karena sebagian pasukan melalaikan tugasnya. Banyak para pemuka kaum muslimin syahid seperti Hamzah bin Abdul Muthalib dan Mush’ab bin Umair. Hanzalah mendapat kehormatan juga untuk menjadi salah seorang yang syahid di jalan Allah swt setelah bertempur gagah berani. Allah swt kemudian menugaskan para malaikat memandikan jenazahnya karena ternyata ketika berangkat ke medan jihad Hanzalah dalam keadaan junub. Sebuah kehormatan berlipat baginya.
Ketika Allah swt menciptakan manusia, dari janin menjadi bayi yang dilahirkan sampai tumbuh sebagai manusia dewasa, hingga hari ini, tujuan-Nya adalah menyuruh manusia pergi ke negeri akhirat. Dia menciptakan dunia ini semata-mata untuk sarana permampiran manusia; menyiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi dan mengajak sesamanya yang berjalan menyimpang untuk kembali kepada tujuan kehidupannya di dunia.
Tak ada yang bisa mengubah waktu mampir menjadi waktu bersantai-santai selamanya, karena setiap yang diberi-Nya nyawa otomatis menjadi peserta mampir. Dan tak ada yang tak mampir - alias tinggal untuk selama-lamanya - karena semuanya harus pergi ke tujuan yang sama. Dengan persepsi demikian maka seharusnya setiap muslim menyadari bahwa semua orientasi aktifitas hidupnya adalah mengumpulkan bekal amal kebaikan. Sehingga dan bahagia selamat dalam mengarungi kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabuut ayat 64).
Kesadaran itu juga akan menjadi benteng dari pengaruh hawa nafsu yang senantiasa ditiupkan oleh setan dan bala tentaranya ke dalam hatinya. Godaan untuk berangan-angan hidup selamanya di dunia dengan sendirinya akan sirna.
Aktifitas hidupnya akan selalu diniatkan sebagai ibadah kepada Allah swt. Dia tidak larut dalam berburuan harta dunia yang sementara. Tidak ikut berlomba menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, dan nama besar. Baginya itu semua hanya sementara.
Dia tidak mudah panik menghadapi permasalahan dunia karena memiliki bekal kesabaran dan kesyukuran. Bersabar ketika menerima ujian Allah swt apapun bentuknya dan bersyukur manakala menerima setiap rizki dari Allah swt. Maka kehidupannya menjadi tenang karena orientasinya jelas. Dia hanya selalu berharap Allah swt memberinya hidayah untuk selamat sampai akhir hidupnya di dunia dan bahagia di akhirat. Allahu’alam
To almarhum Irvan YK; Allahumaghfirlahu warkhamhu wa 'afihi wanfu'anhu