Bismillahirrahmanirrahim
“Di Inggris banyak orang yang bisa pergi keliling dunia meskipun tidak punya uang banyak. Mereka keliling dunia untuk berdakwah, bukan untuk uang. Maka pertama kali harus punya niat dan berdoa kepada Allah swt"
Sholat Jum’at kali ini cukup istimewa di masjid Baiturrahmah dengan kehadiran dua ikhwan Tablig dari Inggris yang sedang bersilaturahim ke Indonesia dan berkesempatan mampir ke ma’had. Usai sholat Jum’at salah seorang dari kemudian diminta memberikan tausyiah dan berbagi pengalaman.
Berbeda dengan bulan kemarin ketika seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah S3 di Jerman didaulat berbagi penglaman, maka ceritanya lebih banyak pada proses perjalanan studinya. Karena ikhwan kita kali ini adalah aktifis dakwah, maka beliaupun banyak menceritakan aktifitasnya dalam mendakwahkan Islam di Inggris khususnya dan di tempat-tempat lain yang beliau telah kunjungi.
Sebagaimana kita ketahui ikhwan Tablig terkenal sebagai pada penyeru Islam dengan jangkauan wilayah sangat luas. Mereka terbiasa meninggalkan rumah dan keluarga untuk berdakwah di satu daerah dengan jangka waktu mulai dari tiga hari sampai enam bulan. Selama itu mereka tidak sungkan-sungkan door to door mendatangi pintu rumah kaum muslimin untuk mengajak melaksanakan sholat berjama'ah atau mengikuti pengajian-pengajian yang mereka adakan.
Tidak jarang pula mereka mengajak dengan santun orang-orang yang masih duduk-duduk di warung atau pinggir jalan meskipun adzan sholat sudah dikumandangkan. Sebuah aktifitas dakwah yang membutuhkan kesabaran, keberaniaan dan kepercayaan diri yang tinggi. Bagi mereka diacuhkan, ditolak, dimusuhi dan diusir merupakan kekuatan yang membuat lebih dekat dengan Allah swt dan lebih ikhlash dalam beramal.
Usai salam dan menyampaikan pujian kepada Allah swt serta shalawat kepada Rasulullah saw, dai yang lahir di Negeria dan besar di Inggris ini mengajarkan tentang tauhid kepada para jama’ah. Dengan didampingi seorang penterjemah, beliau membuat beberapa tamsil tentang pentingnya memanfaatkan fisik dan hidup kita untuk beribadah kepada Allah swt.
Satu diantara perumpamaan beliau adalah meminta para jama’ah untuk membandingkan penggunaan kaki kita. Apa bedanya kaki yang dipakai seseorang bermain sepak bola dengan kaki yang dipakai untuk melangkah ke masjid? Menurut beliau kaki seorang pemain bola profesional paling hanya menghasilkan uang saja, tapi kaki seorang muslim yang diayunkan menuju masjid untuk beribadah kepada Allah swt niscaya akan memperoleh dua kebaikan tidak hanya di dunia tapi juga akhirat.
Ikhwan Tabligh ini juga menceritakan tentang keberadaan sekolah muslim yang mirip dengan sekolah boarding di Indonesia. Di sana para lulusannya hanya mempunyai satu dari dua kecakapan; alim agama atau hafal Qur’an. Bahkan tidak sedikit yang mampu memperoleh dua-duanya alim dalam agama sekaligus penghafal al-Qur’an.
Beliau juga memotivasi para siswa untuk tidak hanya menguasai ilmu fisika, matematika dan sejenisnya tetapi juga ilmu-ilmu agama. Beliau mengharapkan lulus dari ma’had para siswa menjadi aktifis dakwah dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Banyak orang di Inggris sana, menurut beliau, biasa berkeliling dunia untuk menyebarkan dakwah Islam padahal mereka bukan orang-orang yang banyak uangnya.
Satu hal yang membuat mereka bisa mendapatkan itu adalah niatnya mengunjungi banyak negara adalah untuk mendakwahkan Islam. Dalam bahasa beliau, mereka keliling dunia untuk menyebarkan Islam bukan mencari uang. Maka pertama kali harus punya niat dan selanjutnya berdoa kepada Allah swt. Beliau kemudian mengajak seluruh hadirin untuk berdoa’ agar harapan dan cita-cita mulia ini bisa tercapai. Amin Yaa… Mujibu Sailin.
“Di Inggris banyak orang yang bisa pergi keliling dunia meskipun tidak punya uang banyak. Mereka keliling dunia untuk berdakwah, bukan untuk uang. Maka pertama kali harus punya niat dan berdoa kepada Allah swt"
Sholat Jum’at kali ini cukup istimewa di masjid Baiturrahmah dengan kehadiran dua ikhwan Tablig dari Inggris yang sedang bersilaturahim ke Indonesia dan berkesempatan mampir ke ma’had. Usai sholat Jum’at salah seorang dari kemudian diminta memberikan tausyiah dan berbagi pengalaman.
Berbeda dengan bulan kemarin ketika seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah S3 di Jerman didaulat berbagi penglaman, maka ceritanya lebih banyak pada proses perjalanan studinya. Karena ikhwan kita kali ini adalah aktifis dakwah, maka beliaupun banyak menceritakan aktifitasnya dalam mendakwahkan Islam di Inggris khususnya dan di tempat-tempat lain yang beliau telah kunjungi.
Sebagaimana kita ketahui ikhwan Tablig terkenal sebagai pada penyeru Islam dengan jangkauan wilayah sangat luas. Mereka terbiasa meninggalkan rumah dan keluarga untuk berdakwah di satu daerah dengan jangka waktu mulai dari tiga hari sampai enam bulan. Selama itu mereka tidak sungkan-sungkan door to door mendatangi pintu rumah kaum muslimin untuk mengajak melaksanakan sholat berjama'ah atau mengikuti pengajian-pengajian yang mereka adakan.
Tidak jarang pula mereka mengajak dengan santun orang-orang yang masih duduk-duduk di warung atau pinggir jalan meskipun adzan sholat sudah dikumandangkan. Sebuah aktifitas dakwah yang membutuhkan kesabaran, keberaniaan dan kepercayaan diri yang tinggi. Bagi mereka diacuhkan, ditolak, dimusuhi dan diusir merupakan kekuatan yang membuat lebih dekat dengan Allah swt dan lebih ikhlash dalam beramal.
Usai salam dan menyampaikan pujian kepada Allah swt serta shalawat kepada Rasulullah saw, dai yang lahir di Negeria dan besar di Inggris ini mengajarkan tentang tauhid kepada para jama’ah. Dengan didampingi seorang penterjemah, beliau membuat beberapa tamsil tentang pentingnya memanfaatkan fisik dan hidup kita untuk beribadah kepada Allah swt.
Satu diantara perumpamaan beliau adalah meminta para jama’ah untuk membandingkan penggunaan kaki kita. Apa bedanya kaki yang dipakai seseorang bermain sepak bola dengan kaki yang dipakai untuk melangkah ke masjid? Menurut beliau kaki seorang pemain bola profesional paling hanya menghasilkan uang saja, tapi kaki seorang muslim yang diayunkan menuju masjid untuk beribadah kepada Allah swt niscaya akan memperoleh dua kebaikan tidak hanya di dunia tapi juga akhirat.
Ikhwan Tabligh ini juga menceritakan tentang keberadaan sekolah muslim yang mirip dengan sekolah boarding di Indonesia. Di sana para lulusannya hanya mempunyai satu dari dua kecakapan; alim agama atau hafal Qur’an. Bahkan tidak sedikit yang mampu memperoleh dua-duanya alim dalam agama sekaligus penghafal al-Qur’an.
Beliau juga memotivasi para siswa untuk tidak hanya menguasai ilmu fisika, matematika dan sejenisnya tetapi juga ilmu-ilmu agama. Beliau mengharapkan lulus dari ma’had para siswa menjadi aktifis dakwah dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Banyak orang di Inggris sana, menurut beliau, biasa berkeliling dunia untuk menyebarkan dakwah Islam padahal mereka bukan orang-orang yang banyak uangnya.
Satu hal yang membuat mereka bisa mendapatkan itu adalah niatnya mengunjungi banyak negara adalah untuk mendakwahkan Islam. Dalam bahasa beliau, mereka keliling dunia untuk menyebarkan Islam bukan mencari uang. Maka pertama kali harus punya niat dan selanjutnya berdoa kepada Allah swt. Beliau kemudian mengajak seluruh hadirin untuk berdoa’ agar harapan dan cita-cita mulia ini bisa tercapai. Amin Yaa… Mujibu Sailin.
jadi kepingin ambl bagian . :D
bdw , , emang orang inggrisnya bs bahasa indonesia ya ?
http://antosalafy.wordpress.com/2008/11/11/amrozi-cs-itu-teroris-atau-mujahid/
dan tolong komentarnya .