Bismillahirrahmanirrahim
Selain fatwa tentang status hukum rokok, satu fatwa MUI yang menarik dari hasil sidang Ijtima' Ulama Fatwa III MUI di Kabupaten Padang Panjang, Padang, Sumatera Barat kemarin adalah tentang hak memilih dalam pelaksanaan pemilu. Dalam fatwanya dengan mengambil beberapa landasan syar’i MUI memutuskan hukumnya haram apabila bersikap golput atau dengan kata lain umat wajib memilih. Sebagaimana rokok, fatwa itupun tidak perlu waktu terlalu lama untuk kemudian menimbulkan polemik di masyarakat baik pro maupun kontra.
Kita berkhusnudzun saja bahwa fatwa itu keluar sebagai bentuk komitmen MUI untuk meraih kemenangan Islam. Dengan mayoritas umat Islam sebagai warga negara Indonesia, maka diharapkan pemilih menjatuhkan pilihannya kepada calon legislatif ataupun partai Islam. Harapannya tentu saja mereka itu nanti membawa suara Islam, memperjuangkan Islam dan pada akhirnya memenangkan Islam di bumi Indonesia.
Kapasitas pribadi saya jauh dari cukup untuk mengomentari landasan syar’i yang dipergunakan MUI dalam memutuskan sikap tentang pemilu. Saya hanya mengambil sudut pandang kecil dari sisi yang lain; perjalanan dakwah Rasulullah saw dalam menegakkan Islam.
Pada masa awal dakwah Islam di Makkah, tantangan dan permusuhan orang-orang kafir sangat sengit. Mereka merupaya sekuat tenaga untuk mematahkan semangat Rasulullah saw dan para sahabat menyebarkan agama ini. Namun semua itu tidak berhasil menyurutkan langkan mereka, bahkan kian hari Islam semakin mempesona orang dan berbondong-bondong orang menghadap Rasulullah saw untuk bersyahadat.
Ketika menyadari kenyataan tersebut, para pemimpin musyrik segera beralih strategi. Mereka tidak lagi hanya menggunakan metode kekerasan untuk menaklukkan Rasulullah saw tetapi juga dengan cara yang halus berupa tawaran, bujukan dan kompromi.
“Jika kamu berdakwah karena ingin menjadi orang paling kaya maka kami akan kumpulkan semua harta dan kami berikan kepadamu sehingga akan menjadi orang paling kaya di Makkah. Jika engkau berdakwah karena ingin menjadi penguasa di Makah, maka kami akan mengangkatmu menjadi pemimpin Makkah dan kami akan mentaati semua perintahmu. Jika kamu berdakwah karena ingin mempunyai banyak istri, kami akan mengumpulkan semua wanita tercantik di Makkah dan silahkan kamu pilih sendiri.” Demikian tawaran menggiurkan mereka kepada Rasulullah saw, namun semua beliau tolak.
Orang-orang kafir tidak putus asa. Mereka mendatangi kembali Rasulullah saw dengan tawaran lainnya. Mereka mengajak beliau saling bergantian menyembah tuhan masing-masing. Sekali waktu kaum muslimin menyembah berhala-berhala orang kafir, sekali waktu orang-orang kafir menyembah Allah swt. Tentu saja tawaran itu beliau tolak. “bagi kalian agama/kepercayaan/sistem hidup/ideologi kalian, bagiku agama/kepercayaan/sistem hidup/ideologi sendiri” (al-Kafirrun).
Dalam kondisi itulah Rasulullah saw mengeluarkan pernyataan yang sangat bernilai “Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya menghentkan dakwah tidak akan aku lakukan. Hanya ada dua pilihan dakwah ini menang atau aku mati karenanya”.
Beliau menyadari bahwa dakwah yang beliau lakukan adalah dalam rangka mengganti sistem jahiliyyah dengan sistem Islam. Maka tidak ada kompromi. Benturan ideologi pasti terjadi sebagai wujud dari aktualisasi iman dan keyakinan. Tidak mungkin mengabungkan sistim yang haq dengan batil, lurus dengan sesat.
Ideologi wahyu seharusnya melahirkan revolusi di segala aspek kemanusiaan; pemikiran, perilaku, dan sosial masyarakat. Karena itulah Allah swt menurunkan surat al-Alaq sebagai wahyu pertama. Kandungan surat Al-Alaq ayat 1 – 5 mengajarkan manusia untuk memiliki idiologi, orientasi hidup dan cara berfikir yang benar. Karena jika orientasi benar akan melahirkan sikap dan tindakan yang benar.
Demikianlah perjalanan dakwah Rasulullah saw yang kemudian menemui momentumnya melalui hijrah ke Madinah dan Fathu Makkah. Islampun memperoleh kemenangan tanpa sekalipun melakukan konsesi ideologi untuk mendapatkan kekuasaan.
Maka cara benar untuk memenangkan kembali Islam tentu saja mencontoh perjalanan Rasulullah saw dan para sahabat. Itulah jalan sunnah untuk kembali membangun peradaban tauhid yang paling unggul dan tidak ada yang mengunggulinya.
Karenanya, kekuasaan bukanlah tujuan melainkan sarana untuk mendapatkan ridho Allah swt. Kalau kekuasaan sebagai tujuan biasanya ada kompensasi-kompensasi untuk mendapatkannya. Jika tidak hati-hati bisa jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah swt dan RasulNya. Begitu nampaknya yang terjadi pada sebagian saudara-saudara kita yang saat ini mengusung jargon “Partai Islam” ataupun “Partai Dakwah”. Tidak semuanya lulus godaan, ada juga yang akhirnya jatuh di jalan dakwah.
“wah... jadi ikutan Golput, mas?” seseorang bertanya. “maaf, saya tidak memikirkan itu. Saya hanya mengurusi Islam dan bagaimana memenangkan Islam sesuai sunnah Rasulullah saw”. Jawab orang yang ditanya.
Selain fatwa tentang status hukum rokok, satu fatwa MUI yang menarik dari hasil sidang Ijtima' Ulama Fatwa III MUI di Kabupaten Padang Panjang, Padang, Sumatera Barat kemarin adalah tentang hak memilih dalam pelaksanaan pemilu. Dalam fatwanya dengan mengambil beberapa landasan syar’i MUI memutuskan hukumnya haram apabila bersikap golput atau dengan kata lain umat wajib memilih. Sebagaimana rokok, fatwa itupun tidak perlu waktu terlalu lama untuk kemudian menimbulkan polemik di masyarakat baik pro maupun kontra.
Kita berkhusnudzun saja bahwa fatwa itu keluar sebagai bentuk komitmen MUI untuk meraih kemenangan Islam. Dengan mayoritas umat Islam sebagai warga negara Indonesia, maka diharapkan pemilih menjatuhkan pilihannya kepada calon legislatif ataupun partai Islam. Harapannya tentu saja mereka itu nanti membawa suara Islam, memperjuangkan Islam dan pada akhirnya memenangkan Islam di bumi Indonesia.
Kapasitas pribadi saya jauh dari cukup untuk mengomentari landasan syar’i yang dipergunakan MUI dalam memutuskan sikap tentang pemilu. Saya hanya mengambil sudut pandang kecil dari sisi yang lain; perjalanan dakwah Rasulullah saw dalam menegakkan Islam.
Pada masa awal dakwah Islam di Makkah, tantangan dan permusuhan orang-orang kafir sangat sengit. Mereka merupaya sekuat tenaga untuk mematahkan semangat Rasulullah saw dan para sahabat menyebarkan agama ini. Namun semua itu tidak berhasil menyurutkan langkan mereka, bahkan kian hari Islam semakin mempesona orang dan berbondong-bondong orang menghadap Rasulullah saw untuk bersyahadat.
Ketika menyadari kenyataan tersebut, para pemimpin musyrik segera beralih strategi. Mereka tidak lagi hanya menggunakan metode kekerasan untuk menaklukkan Rasulullah saw tetapi juga dengan cara yang halus berupa tawaran, bujukan dan kompromi.
“Jika kamu berdakwah karena ingin menjadi orang paling kaya maka kami akan kumpulkan semua harta dan kami berikan kepadamu sehingga akan menjadi orang paling kaya di Makkah. Jika engkau berdakwah karena ingin menjadi penguasa di Makah, maka kami akan mengangkatmu menjadi pemimpin Makkah dan kami akan mentaati semua perintahmu. Jika kamu berdakwah karena ingin mempunyai banyak istri, kami akan mengumpulkan semua wanita tercantik di Makkah dan silahkan kamu pilih sendiri.” Demikian tawaran menggiurkan mereka kepada Rasulullah saw, namun semua beliau tolak.
Orang-orang kafir tidak putus asa. Mereka mendatangi kembali Rasulullah saw dengan tawaran lainnya. Mereka mengajak beliau saling bergantian menyembah tuhan masing-masing. Sekali waktu kaum muslimin menyembah berhala-berhala orang kafir, sekali waktu orang-orang kafir menyembah Allah swt. Tentu saja tawaran itu beliau tolak. “bagi kalian agama/kepercayaan/sistem hidup/ideologi kalian, bagiku agama/kepercayaan/sistem hidup/ideologi sendiri” (al-Kafirrun).
Dalam kondisi itulah Rasulullah saw mengeluarkan pernyataan yang sangat bernilai “Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya menghentkan dakwah tidak akan aku lakukan. Hanya ada dua pilihan dakwah ini menang atau aku mati karenanya”.
Beliau menyadari bahwa dakwah yang beliau lakukan adalah dalam rangka mengganti sistem jahiliyyah dengan sistem Islam. Maka tidak ada kompromi. Benturan ideologi pasti terjadi sebagai wujud dari aktualisasi iman dan keyakinan. Tidak mungkin mengabungkan sistim yang haq dengan batil, lurus dengan sesat.
Ideologi wahyu seharusnya melahirkan revolusi di segala aspek kemanusiaan; pemikiran, perilaku, dan sosial masyarakat. Karena itulah Allah swt menurunkan surat al-Alaq sebagai wahyu pertama. Kandungan surat Al-Alaq ayat 1 – 5 mengajarkan manusia untuk memiliki idiologi, orientasi hidup dan cara berfikir yang benar. Karena jika orientasi benar akan melahirkan sikap dan tindakan yang benar.
Demikianlah perjalanan dakwah Rasulullah saw yang kemudian menemui momentumnya melalui hijrah ke Madinah dan Fathu Makkah. Islampun memperoleh kemenangan tanpa sekalipun melakukan konsesi ideologi untuk mendapatkan kekuasaan.
Maka cara benar untuk memenangkan kembali Islam tentu saja mencontoh perjalanan Rasulullah saw dan para sahabat. Itulah jalan sunnah untuk kembali membangun peradaban tauhid yang paling unggul dan tidak ada yang mengunggulinya.
Karenanya, kekuasaan bukanlah tujuan melainkan sarana untuk mendapatkan ridho Allah swt. Kalau kekuasaan sebagai tujuan biasanya ada kompensasi-kompensasi untuk mendapatkannya. Jika tidak hati-hati bisa jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah swt dan RasulNya. Begitu nampaknya yang terjadi pada sebagian saudara-saudara kita yang saat ini mengusung jargon “Partai Islam” ataupun “Partai Dakwah”. Tidak semuanya lulus godaan, ada juga yang akhirnya jatuh di jalan dakwah.
“wah... jadi ikutan Golput, mas?” seseorang bertanya. “maaf, saya tidak memikirkan itu. Saya hanya mengurusi Islam dan bagaimana memenangkan Islam sesuai sunnah Rasulullah saw”. Jawab orang yang ditanya.
saya jadi bingung . ini dakwah dalam politik ato politik dalam dakwah ya ? ada jawaban ustadz ? :D
Inilah alasan setiap aktivis dakwah dalam aktivitas dakwahnya, termasuk (saudara-saudara kita yang saat ini mengusung jargon “Partai Islam” ataupun “Partai Dakwah”)...
Disinilah menariknya dakwah, ia tidak bisa dengan satu kelompok dengan ijtihadnya saja yang dianggap paling dekat dengan sunnah, lalu mengabaikan ijtihad saudaranya yang lain, semoga ungkapan (Saya hanya mengurusi Islam dan bagaimana memenangkan Islam sesuai sunnah Rasulullah saw”) tidak memvonis yang dilakukan partai Islam seperti PKS tidak sesuai sunnah, kalau sampai seperti itu, alamat berbahaya sikap itu pada diri aktivis dakwah, setuju??
"Tujuannya adalah untuk memberantas radikalisme Islam. Karena siapapun yang sudah merasakan susahnya memimpin, akan mengerti betapa salahnya akar radikalisme," kata Zul.
bisa beri penjelasan dari kata yang saya tebalkan ?
oh ya , , yang dilakukan para petinggi PKS saat ini sudah jauh dari sunnah . buktinya silahkan antum cari sendiri . saya yang tidak berada di indonesia aja tau . apalagi antum yang ada di indo . :D
@ ahmad: apa benar sekjen PKS bilang begitu? coba di tabayyun dl. kalo benar sayang sekali donk.
radikalisme Islam itu kan label dari AS, Zionis dan sekutunya utk para pejuang Islam. Apakah pengertian radikalisme Islam pak Zul sama dengan AS?
oh ya , , klo link yang sebelumnya saya berikan adalah pernyataan wakil sekjen , maka yang ini adalh pernyataan sekjen dan dimuat di situs resmi . bisa di cek di sini
"antum tahu jauh lebih banyak daripada saya ttg PKS", menurut saya ahmad ini hanya tahu PKS dari luarnya saja, makanya semua pemahamannya tentang PKS sesuai dengan apa2 yang diinginkan media, dan media adalah tergantung kepada siapa yang bisa meng-UNTUNG-kannya.
@ahmad
"mau jualan harta"
taukah antum siapa yang antum tuduh mau berjualan harta tsb?
Atas dasar apa antum berkata seperti itu?
Jangan-jangan atas dasar dari situs PKS Watch atau media2 picisan lainnya? tau gak siapa yang berada dibalik PKS Watch dan apa tujuannya? Saya Jamin 100%, Insya Allah anda g tau tujuan yang sebenarnya.
Adapun yang dimaksud "Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tidak akan menjual isu syari'at Islam pada Pemilu 2009" adalah karena kata kunci perjuangan PKS bukan JARGON SYARIAT ISLAM, tetapi adalah bagaimana men-transformasi-kan nilai2 syariat islam sebagai nilai kebenaran umum yang secara luas masyarakat lebih mudah untuk memahami dan menjalankannya. Sehingga ketika masyarakat sudah menikmati keindahan nilai2 islam, maka tidak ada lagi PHOBIA thd nilai dan syariat islam.
Pernyataan tsb juga sebagai penjelasan pemahaman yang diusung PKS bukan seperti partai2 islam yang lain yang selalu menjadikan SYARIAT ISLAM sebagai JARGON SAJA, tetapi tidak menjalankannya dengan baik. contoh : Menutup aurot saja masih tidak sempurna, apalagi syariat2 lainnya.
Semoga kita bisa menjadi orang2 yang bisa berbeda pendapat dan saling memahami dengan benar, tanpa saling menjelek-kan.
@ all
Adapun kalau ternyata ada orang2 menyimpang didalam PKS, maka yang perlu diketahui adalah bahwa PKS bukan partai "malaikat" yang anggotanya selalu benar. Tetapi PKS adalah partainya manusia. Hanya saja yang membedakan PKS dan partai2 lainnya adalah ketegasan dalam proses mensikapi kesalahan tsb, contoh : sikap presiden PKS thd anggota dewan yg diketahui berada di panti pijat (walaupun terbukti tdk berzina) adalah 2 hal yaitu dia mau dipecat dari PKS atau mengundurkan diri. Bukankah dalam sejarah islam-pun senantiasa ada orang2 yang menyimpang? tetapi yang membuat "rusak" dunia islam bukan hanya orang yang menyimpang tsb melainkan juga tindakan terhadap penyimpangan itu - yaitu Penegakan Hukum / Keadilan yang "tebang-pilih".
LQman - Kader PKS
http://ks-pksjambi.blogspot.com/2009/01/8-alasan-memilih-partai-keadilan.html
saya tidak bermaksud menjelek - jelekkan . klo barang emang bagus , buat apa berkata klo itu jelek ? sama kayak PKS . klo emang PKS itu bagus luar dalem , apa mungkin banyak orang berkata klo itu jelek (kecuali klo orang yang iri) ?
hem . ingin menegakkan syariat tp bilangnya syariat sudah enggak laku . ini bagian dari strategi kah ? bdw , , udh baca tulisannya ustadz Ihsan Tandjung tentang mengusung panji La Ilaaha Illa Allah sebelum panji lainnya blm ? klo belum , saya kasih satu linknya deh . sila liat di sini .
yah , , emang PKS bukan jamaah malaikat . yang bilang juga sapa . :)
tp masalahnya , apakah setelah melakukan kesalahan lalu mencoba melakukan pembenaran ato mau belajar dari kesalahan ? klo saat ini sih saya lihat lebih cenderung ke melakukan pembenaran . sehingga hampir semua yang dilakukan PKS adalah benar . lha ini yang bikin saya g sreg .
hahaha .
berarti Anda juga sering baca PKSWatch ya ? ato cmn praduga ? kq kayaknya Anda ada rasa - rasa benci gitu ama PKSWatch .
memang PKSWatch merupakan salah satu situs favorit saya . tp bukan satu - satunya . ada detik.com , eramuslim , warnaislam , dll . dan selama ini saya lihat bung DOS masih memberikan bukti yang kuat terhadap setiap artikelnya . bs d cek di media - media . dan Anda bilang PKSWatch adalah media picisan ? ? wow , , hebat . berarti Anda bisa memberikan media yang lebih baek klo gitu ? ditunggu yah nama medianya . ntr saya bantu publikasikan . :D
oh iya , , artikel Anda tentang 8 alasan memilih partai keadilan sudah saya baca . dan seperti biasa , enggak ada yang berubah . di milis PKS yang saya ikuti juga beberapa kali di bahas . sedikit tanggapan , , peraturan yang berpihak pada rakyat itu macam tidak mendukung pengusutan kasus penyelewengan dana BLBI pada taun kemarin bukan ?
semoga kita bisa mengambil pelajaran dari ini semua .
semua bermula dari besarnya harapan umat utk pks utk istiqomah memperjuangkan pembumian syariah Islam di Indonesia melalui parlemen. banyak peristiwa belakangan baik pribadi maupun institusi yang membuat sebagian umat kecewa.
mengapa harus takut dengan JARGON SYARIAH ISLAM? justru jargon itu "wakil" paling bisa dilihat orang banyak. sekaligus pengerem ketika hasrat menyeleweng terbersit di hati karena godaan setan dan manusia. semoga pilihan itu bukan karena tekanan orang-orang tertentu, lembaga tertentu ataupun negara tertentu.
kalaupun ada saudara yang mulai meragukan kredibilitas pks di silahkan di bantah dengan bukti kongkret. tunjukkan bahwa hal-hal yang dituduhkan orang itu tidak benar.
Dua aspek sederhana untuk menguji perjalanan sebuah kemenangan dalam Islam adalah niat atau motif dan cara atau metode. Dua-duanya harus benar dan baik. justru godaan akan semakin besar ketika kemenangan itu "seakan" sudah di depan mata.
@Ahmad
kritis harus tapi tetap dalam koridor yang baik. "debatlah mereka dengan cara yang baik" kalo kepada musuh saja di suruh santun apalagi dengan saudara sendiri, meskipun bukti yang diperoleh valid dan benar adanya.
Satu yang tidak boleh kita lupa bahwa esensi kemenangan sebuah perjuangan Islam adalah ridho Allah swt, bukan kekuasaan atau banyaknya pengikut yang berhasil direkrut ataupun juga harta yang berhasil dikumpulkan.
semoga kita bisa mengambil pelajaran dari ini semua