Bismillahirrahmanirrahim
Sebagai bangsa mungkin pemerintah Indonesia layak merasa bangga telah menjadi bagian negara-negara pertama di dunia mendapat lawatan Hillary Clinton. Harapan sikap politik baru Amerika di bawah Obama memang membuat semua orang menunggu seperti apa kunjungan menteri luar negerinya pertama kali ke negara lain.
Tidak berlebihan pula kalau para tokoh masyarakat mengatakan sekaranglah saatnya Indonesia kembali menjadi bagian penting dari percaturan politik global. Penyambutan dan seremonialpun dipersiapkan sedemikian rupa supaya membuat “tamu agung” itu terkesan. Haruskah demikian berfikir dan bersikapnya?
Di ujung timur Indonesia, Aceh, sekitar 400-an manusia perahu Rohingnya hidup di penampungan-penampungan sementara yang disediakan TNI AL dan pemerintah daerah. Sebagian mereka menghuni sejak akhir Januari, sebagian yang lain awal Pebruari kemarin.
Manusia perahu Rohingnya adalah kaum muslimin dari Myanmar yang memilih melarikan diri dari negerinya. Pemerintah Myanmar yang Budha tidak mau mengakui mereka sebagai bagian dari bangsa tersebut. Penyebab utamanya karena mereka muslim, identitas yang berbeda dengan masyarakat Myanmar secara umum.
Sejak lama mereka teraniaya di negeri sendiri sehingga akhirnya sebagian memutuskan meninggalkan negerinya dengan menjadi manusia perahu. Dari beberapa negeri yang menjadi tempat singgah mereka, mungkin Indonesia yang relatif bersikap baik. Aspek ukhuwah sebagai sesama muslim menjadi penyebab hal tersebut.
Maka ketika menyaksikan sambutan terhadap Hillary begitu serius dan gegap gempita, saya membayangkan andaikan sikap yang sama juga diberikan pemerintah kepada pengungsi dari Rohingnya. Meski bukan sebuah negara Islam, namun tidak bisa dipungkiri bahwa mayoritas pejabat negara dan penduduk ini mengaku sebagai orang Islam sehingga tidak berlebihan rasanya jika menyambut saudara-saudaranya yang sedang kesusahan dengan sambutan yang ramah serta menghibur.
Teringat saya akan sebab turunnya surat ‘Abasa. Ketika itu Rasulullah saw sedang berbicara dengan para pembesar musyrikin Makkah. Beliau mendakwahkan Islam kepada mereka. Datanglah kemudian sahabat beliau Ibnu Ummi Maktum yang buta untuk menanyakan sesuatu.
Tetapi Rasulullah saw hanya melihat sekilas sahabatnya dan memalingkan mukannya menghadap kembali ke arah para pemuka Quraisy. Tidak lama kemudian Allah swt menegur beliau lewat surat ‘Abasa.
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena Telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). Sedang ia takut kepada (Allah). Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. Yang ditinggikan lagi disucikan. Di tangan para penulis (malaikat). Yang mulia lagi berbakti.
Apakah kita juga akan mendapat teguran dari Allah swt?
Sebagai bangsa mungkin pemerintah Indonesia layak merasa bangga telah menjadi bagian negara-negara pertama di dunia mendapat lawatan Hillary Clinton. Harapan sikap politik baru Amerika di bawah Obama memang membuat semua orang menunggu seperti apa kunjungan menteri luar negerinya pertama kali ke negara lain.
Tidak berlebihan pula kalau para tokoh masyarakat mengatakan sekaranglah saatnya Indonesia kembali menjadi bagian penting dari percaturan politik global. Penyambutan dan seremonialpun dipersiapkan sedemikian rupa supaya membuat “tamu agung” itu terkesan. Haruskah demikian berfikir dan bersikapnya?
Di ujung timur Indonesia, Aceh, sekitar 400-an manusia perahu Rohingnya hidup di penampungan-penampungan sementara yang disediakan TNI AL dan pemerintah daerah. Sebagian mereka menghuni sejak akhir Januari, sebagian yang lain awal Pebruari kemarin.
Manusia perahu Rohingnya adalah kaum muslimin dari Myanmar yang memilih melarikan diri dari negerinya. Pemerintah Myanmar yang Budha tidak mau mengakui mereka sebagai bagian dari bangsa tersebut. Penyebab utamanya karena mereka muslim, identitas yang berbeda dengan masyarakat Myanmar secara umum.
Sejak lama mereka teraniaya di negeri sendiri sehingga akhirnya sebagian memutuskan meninggalkan negerinya dengan menjadi manusia perahu. Dari beberapa negeri yang menjadi tempat singgah mereka, mungkin Indonesia yang relatif bersikap baik. Aspek ukhuwah sebagai sesama muslim menjadi penyebab hal tersebut.
Maka ketika menyaksikan sambutan terhadap Hillary begitu serius dan gegap gempita, saya membayangkan andaikan sikap yang sama juga diberikan pemerintah kepada pengungsi dari Rohingnya. Meski bukan sebuah negara Islam, namun tidak bisa dipungkiri bahwa mayoritas pejabat negara dan penduduk ini mengaku sebagai orang Islam sehingga tidak berlebihan rasanya jika menyambut saudara-saudaranya yang sedang kesusahan dengan sambutan yang ramah serta menghibur.
Teringat saya akan sebab turunnya surat ‘Abasa. Ketika itu Rasulullah saw sedang berbicara dengan para pembesar musyrikin Makkah. Beliau mendakwahkan Islam kepada mereka. Datanglah kemudian sahabat beliau Ibnu Ummi Maktum yang buta untuk menanyakan sesuatu.
Tetapi Rasulullah saw hanya melihat sekilas sahabatnya dan memalingkan mukannya menghadap kembali ke arah para pemuka Quraisy. Tidak lama kemudian Allah swt menegur beliau lewat surat ‘Abasa.
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena Telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa). Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup. Maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran). Sedang ia takut kepada (Allah). Maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. Yang ditinggikan lagi disucikan. Di tangan para penulis (malaikat). Yang mulia lagi berbakti.
Apakah kita juga akan mendapat teguran dari Allah swt?