Bismillahirrahmanirrahim
Kalau rasa malu itu berujud barang atau benda saya akan sarankan pemerintah Indonesia untuk membelinya dan membagi-bagikan kepada masyarakat. Itu jauh lebih bermanfaat daripada menghabiskan uang sekitar 20 trilyun untuk pemilu yang hasilnya begitu-begitu saja.
Hilangnya rasa malu telah membuat bangsa ini tidak mentas dari masalah-masalah korupsi, asusila, kebobrokan birokrasi dan sejenisnya. Para pelakunya enjoy-enjoy saja karena memang tidak malu melakukannya. Terlebih dengan kepandaian menipu dan sogok sana-sini dengan mudah mereka terlepas dari jerat hukum, paling tidak mengurangi jumlah hukumannya.
Dulu orang membayangkan setelah para koruptor ditampilkan jelas wajahnya di televisi oleh KPK korupsi akan berkurang drastis. Kenyataannya tidak demikian. Para koruptor malah merasa bak selebritis baru atau istilahnya numpang ngetop mejeng di setiap televisi nasional. Tidak malu malah bangga. Pejabat yang korupsi pun tidak mau menanggalkan jabatannya sebelum masuk sel beneran, bahkan ada yang di dalam sel masih menjabat.
Hilangnya rasa malu juga yang membuat moralitas generasi muda bangsa kualitasnya menurun. Prestasi pornografi jauh lebih mentereng daripada prestasi dari sisi keilmuan dan tehnologi. Kalau dulu orang masih merasa heran mendengar ada rekaman video adegan porno yang dilakkan para pelajar beredar, sekarang telinga ini sudah biasa mendengarnya.
Terlebih mendekati April ini. Setiap poster dipinggir jalan hampir semuanya mencantumkan ajakan untuk mencontreng gambarnya. Tidak sedikit pula yang membanggakan prestasinya dulu ketika menjabat. Bahkan terjadi saling klain diantara mereka sendiri. Sebenarnya apa sih yang mau dibanggakan kalau ternyata kondisi masyarakat kita masih seperti sekarang ini?
Bagaimana mungkin bangsa yang mayoritas penduduknya muslim berperilaku seperti itu? Rasulullah saw sendiri pernah menyampaikan bahwa malu itu bagian dari iman. Lha kalau malunya hilang apa berarti juga hilang imannya?
“iman itu memiliki enam puluh atau tujuh puluh bagian. Bagian paling utama adalah mengucapkan kalimat laa illaaha illallah. Bagian paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalan. Dan malu itu bagian dari iman” (Bukhari Muslim).
Hakekat malu adalah karakter yang bisa mencegah orang dari melakukan perbuatan-perbuatan rendah. Lebih malu lagi jika membandingkan nikmat yang telah ia terima dengan ketaatan yang telah dilaksanakan. Maka iapun menjaga agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan baik kepada sesama manusia, lebih-lebih kepada Allah swt.
Kalau rasa malu itu berujud barang atau benda saya akan sarankan pemerintah Indonesia untuk membelinya dan membagi-bagikan kepada masyarakat. Itu jauh lebih bermanfaat daripada menghabiskan uang sekitar 20 trilyun untuk pemilu yang hasilnya begitu-begitu saja.
Hilangnya rasa malu telah membuat bangsa ini tidak mentas dari masalah-masalah korupsi, asusila, kebobrokan birokrasi dan sejenisnya. Para pelakunya enjoy-enjoy saja karena memang tidak malu melakukannya. Terlebih dengan kepandaian menipu dan sogok sana-sini dengan mudah mereka terlepas dari jerat hukum, paling tidak mengurangi jumlah hukumannya.
Dulu orang membayangkan setelah para koruptor ditampilkan jelas wajahnya di televisi oleh KPK korupsi akan berkurang drastis. Kenyataannya tidak demikian. Para koruptor malah merasa bak selebritis baru atau istilahnya numpang ngetop mejeng di setiap televisi nasional. Tidak malu malah bangga. Pejabat yang korupsi pun tidak mau menanggalkan jabatannya sebelum masuk sel beneran, bahkan ada yang di dalam sel masih menjabat.
Hilangnya rasa malu juga yang membuat moralitas generasi muda bangsa kualitasnya menurun. Prestasi pornografi jauh lebih mentereng daripada prestasi dari sisi keilmuan dan tehnologi. Kalau dulu orang masih merasa heran mendengar ada rekaman video adegan porno yang dilakkan para pelajar beredar, sekarang telinga ini sudah biasa mendengarnya.
Terlebih mendekati April ini. Setiap poster dipinggir jalan hampir semuanya mencantumkan ajakan untuk mencontreng gambarnya. Tidak sedikit pula yang membanggakan prestasinya dulu ketika menjabat. Bahkan terjadi saling klain diantara mereka sendiri. Sebenarnya apa sih yang mau dibanggakan kalau ternyata kondisi masyarakat kita masih seperti sekarang ini?
Bagaimana mungkin bangsa yang mayoritas penduduknya muslim berperilaku seperti itu? Rasulullah saw sendiri pernah menyampaikan bahwa malu itu bagian dari iman. Lha kalau malunya hilang apa berarti juga hilang imannya?
“iman itu memiliki enam puluh atau tujuh puluh bagian. Bagian paling utama adalah mengucapkan kalimat laa illaaha illallah. Bagian paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalan. Dan malu itu bagian dari iman” (Bukhari Muslim).
Hakekat malu adalah karakter yang bisa mencegah orang dari melakukan perbuatan-perbuatan rendah. Lebih malu lagi jika membandingkan nikmat yang telah ia terima dengan ketaatan yang telah dilaksanakan. Maka iapun menjaga agar tidak melakukan kesalahan-kesalahan baik kepada sesama manusia, lebih-lebih kepada Allah swt.
barokallahu fii ka,
memang byk konsep2 dLm islam yg muLai dlupakan oLeh muslimin skrg ini,
termasuk juga waLa' dan Bara',
oia,terkait soal poster dipinggir jaLan,
yg namanya demokrasi memang bertentang 180 drjt dgn islam,
pgn posting, tp gak sempat yaa akhi...lagi sibuk,