Bismillahirrahmanirrahim
Mengamati kehidupan sosial hari ini sesungguhnya melihat maraknya penyimpangan perilaku orang-orang yang dianggap tokoh oleh masyarakat banyak. Mencari tokoh yang seharusnya bertindak sebagai figur panutan ibarat mencari jarum di tumpukan jerami, sulit.
Pada strata elit pemegang kebijakan publik kita akan menemukan penyelewengan kekuasaan dan perlombaan mengumpulkan kekayaan dengan cara-cara tidak semestinya. Mereka yang sudah bersumpah dan berikrar untuk tidak menyalahgunakan kewenangannya tanpa sungkan melanggar sendiri komitmennya.
Pada lapisan masyarakat yang difigurkan lainnya kita akan melihat maraknya perzinaan, pornografi, dan obat-obat terlarang. Tanpa malu-malu mereka mendemonstrasikan perbuatan bodohnya tersebut di media publik langsung maupun tidak. Anehnya ketika mereka tersandung delik hukum, sebagian mengaku sedang mendapat ujian dari Tuhan.
Ironisnya, pola pikir sebagian masyarakat kita sudah cenderung menganggap seseorang menjadi tokoh karena skill dan kemampuannya dalam bidang tertentu seperti seni, olahraga, juga ilmu kenegaraan. Kalaupun kemudian tokoh itu memiliki kekurangan atau bahkan keburukan dari sisi moralitas, itu tidak mengurangi rasa hormat mereka kepada orang tersebut. Akibatnya si tokoh tersebut tetap dipuja, disanjung dan diperlakukan sebagai orang besar.
Ketokohan serta kebesaran seseorang sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari karakter dan perilaku kesehariannya. Sehebat apapun prestasi seseorang dalam masalah keduniawian kalau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah swt dan rasul-Nya maka ia adalah seorang pesakitan. Begitulah tuntunan Islam.
Masyarakat banyak akan memperlakukan dia sebagaimana seharusnya diperlakukan. Kontrol sosialpun efektif berjalan sehingga orang akan berfikir ulang untuk berbuat kejahatan. Berbeda sekali dengan kenyataan sekarang, orang-orang yang ditokohkan tidak kapok berbuat kejahatan karena hampir pasti akan terhindar dari hukuman berat di pengadilan, terlebih masyarakat pun masih tetap memuja dan menyanjungnya.
Maka benar firman Allah swt sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Demikian pula nasehat Abdullah bin Mas’ud kepada manusia untuk mengambil contoh perilaku Rasulullah saw dan para sahabat sebagai barometer dalam kehidupan.
Mengamati kehidupan sosial hari ini sesungguhnya melihat maraknya penyimpangan perilaku orang-orang yang dianggap tokoh oleh masyarakat banyak. Mencari tokoh yang seharusnya bertindak sebagai figur panutan ibarat mencari jarum di tumpukan jerami, sulit.
Pada strata elit pemegang kebijakan publik kita akan menemukan penyelewengan kekuasaan dan perlombaan mengumpulkan kekayaan dengan cara-cara tidak semestinya. Mereka yang sudah bersumpah dan berikrar untuk tidak menyalahgunakan kewenangannya tanpa sungkan melanggar sendiri komitmennya.
Pada lapisan masyarakat yang difigurkan lainnya kita akan melihat maraknya perzinaan, pornografi, dan obat-obat terlarang. Tanpa malu-malu mereka mendemonstrasikan perbuatan bodohnya tersebut di media publik langsung maupun tidak. Anehnya ketika mereka tersandung delik hukum, sebagian mengaku sedang mendapat ujian dari Tuhan.
Ironisnya, pola pikir sebagian masyarakat kita sudah cenderung menganggap seseorang menjadi tokoh karena skill dan kemampuannya dalam bidang tertentu seperti seni, olahraga, juga ilmu kenegaraan. Kalaupun kemudian tokoh itu memiliki kekurangan atau bahkan keburukan dari sisi moralitas, itu tidak mengurangi rasa hormat mereka kepada orang tersebut. Akibatnya si tokoh tersebut tetap dipuja, disanjung dan diperlakukan sebagai orang besar.
Ketokohan serta kebesaran seseorang sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari karakter dan perilaku kesehariannya. Sehebat apapun prestasi seseorang dalam masalah keduniawian kalau melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah swt dan rasul-Nya maka ia adalah seorang pesakitan. Begitulah tuntunan Islam.
Masyarakat banyak akan memperlakukan dia sebagaimana seharusnya diperlakukan. Kontrol sosialpun efektif berjalan sehingga orang akan berfikir ulang untuk berbuat kejahatan. Berbeda sekali dengan kenyataan sekarang, orang-orang yang ditokohkan tidak kapok berbuat kejahatan karena hampir pasti akan terhindar dari hukuman berat di pengadilan, terlebih masyarakat pun masih tetap memuja dan menyanjungnya.
Maka benar firman Allah swt sebaik-baik teladan adalah Rasulullah saw. Demikian pula nasehat Abdullah bin Mas’ud kepada manusia untuk mengambil contoh perilaku Rasulullah saw dan para sahabat sebagai barometer dalam kehidupan.