Bismillahirrahmanirrahim
Dakwah merupakan sebuah proses panjang. Mengharapkan setiap orang yang diajak untuk mengikuti jalan Allah swt menyambut dengan gembira merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Jalan dakwah identik dengan cobaan, ujian, permusuhan bahkan ancaman pembunuhan.
Kondisi di atas mengharuskan setiap pelaku dakwah untuk senantiasa menjaga spirit perjuangannya agar tidak mudah lesu dan padam semangatnya menghadapi pihak-pihak yang menentang seruannya. Setiap pelaku dakwah haru mempunyai keyakinan akan datangnya pertolongan Allah swt . Harapan tersebut bisa menjadi obor untuk menjaga istiqomahnya menyeru manusia kepada jalan kebenaran.
Kalaupun kemudian dakwahnya tidak mendapat respon yang baik, setidaknya dia sudah memulai. Mungkin Allah swt nanti yang akan mengirimkan para pengganti untuk meneruskan jejak langkah perjuangannya. Barangkali Allah swt ingin menunda kegembiraannya di akhirat kelak, bukan di dunia.
Begitulah kaidah jalan ini yang setiap penyeru kebaikan akan mengalaminya. Kisah perjalanan dakwah para rasul Allah swt, orang-orang sholeh, para ulama yang lurus, begitu pula para mujahid bertutur seperti itu. Tengoklah bagaimana hal tersebut menimpa manusia agung junjungan kita Rasulullah saw ketika menjalankan misi kenabian beliau; meluruskan jalan manusia yang semula menabrak pagar Allah swt. Dan fragmen di Thaif sudah lebih dari cukup mengambarkannya.
Upaya dakwah Rasulullah saw di Thaif ternyata mendapat masalah yang tak jauh beda dengan apa yang terjadi di Makkah. Penolakan, ejekan, cacian dan cemoohan selalu mengiringi langkah beliau dari rumah ke rumah di Thaif. Bahkan mereka melakukan suatu hal yang belum di lakukan kaum musyrikin Makkah yaitu mengusir beliau keluar dari Thaif.
Dengan menyuruh anak-anak kecil dan perempuan untuk melempari batu, para pemuka Thaif mengusir Rasulullah saw dan Zaid bin Haritsah yang menemani beliau. Beberapa batu mengenai Rasulullah saw sehingga tumit beliau berdarah. Zaid bin Haritsah yang mencoba melindungi Rasulullah saw dengan tubuhnya mengalami luka lebih banyak pada wajah dan tubuh bagian depannya.
Mereka berdua berhasil menyelamatkan diri dan berhenti di luar kota Thaif untuk beristirahat. Ketika itulah datang kepada Rasulullah saw malaikat penjaga gunung untuk menawarkan bantuan. Malaikat tersebut mendapat perintah dari Allah swt untuk taat kepada apapun keingginan Rasulullah saw terhadap orang-orang Thaif yang telah menyakiti dan melukai beliau. Malaikat itu juga menawarkan diri kepada Rasulullah saw untuk diperintahkan supaya menimpakan kedua gunung yang mengapit kota Thaif kepada penduduk kota tersebut.
Namun Rasulullah saw tidak mengiyakan tawaran itu. Beliau malah berdoa kepada Allah swt untuk mengampuni penduduk Thaif karena menurut beliau mereka melakukan itu karena tidak tahu. Bahkan Rasulullah saw berharap kelak anak cucu mereka masuk Islam dan menjadi pendukung setia dakwah Islam.
Allah swt mengabulkan doa Rasulullah saw. Tidak berapa lama kemudian ketika beliau sedang berisitarahat di sebuah kebun kurma dalam perjalanan kembali ke Makkah, seorang pemuda Nasrani bernama Addas tertarik dengan dakwah beliau dan menyatakan keIslamannya. Dan pada masa-masa berikutnya masyarakat Thaif menjadi muslim yang taat dan bermunculan dari kota tersebut pahlawan-pahlawan yang setia dan siap jiwa raganya membela dan mempertahankan keagungan dienul Islam.
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al-Hijr ayat 56).
Dakwah merupakan sebuah proses panjang. Mengharapkan setiap orang yang diajak untuk mengikuti jalan Allah swt menyambut dengan gembira merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Jalan dakwah identik dengan cobaan, ujian, permusuhan bahkan ancaman pembunuhan.
Kondisi di atas mengharuskan setiap pelaku dakwah untuk senantiasa menjaga spirit perjuangannya agar tidak mudah lesu dan padam semangatnya menghadapi pihak-pihak yang menentang seruannya. Setiap pelaku dakwah haru mempunyai keyakinan akan datangnya pertolongan Allah swt . Harapan tersebut bisa menjadi obor untuk menjaga istiqomahnya menyeru manusia kepada jalan kebenaran.
Kalaupun kemudian dakwahnya tidak mendapat respon yang baik, setidaknya dia sudah memulai. Mungkin Allah swt nanti yang akan mengirimkan para pengganti untuk meneruskan jejak langkah perjuangannya. Barangkali Allah swt ingin menunda kegembiraannya di akhirat kelak, bukan di dunia.
Begitulah kaidah jalan ini yang setiap penyeru kebaikan akan mengalaminya. Kisah perjalanan dakwah para rasul Allah swt, orang-orang sholeh, para ulama yang lurus, begitu pula para mujahid bertutur seperti itu. Tengoklah bagaimana hal tersebut menimpa manusia agung junjungan kita Rasulullah saw ketika menjalankan misi kenabian beliau; meluruskan jalan manusia yang semula menabrak pagar Allah swt. Dan fragmen di Thaif sudah lebih dari cukup mengambarkannya.
Upaya dakwah Rasulullah saw di Thaif ternyata mendapat masalah yang tak jauh beda dengan apa yang terjadi di Makkah. Penolakan, ejekan, cacian dan cemoohan selalu mengiringi langkah beliau dari rumah ke rumah di Thaif. Bahkan mereka melakukan suatu hal yang belum di lakukan kaum musyrikin Makkah yaitu mengusir beliau keluar dari Thaif.
Dengan menyuruh anak-anak kecil dan perempuan untuk melempari batu, para pemuka Thaif mengusir Rasulullah saw dan Zaid bin Haritsah yang menemani beliau. Beberapa batu mengenai Rasulullah saw sehingga tumit beliau berdarah. Zaid bin Haritsah yang mencoba melindungi Rasulullah saw dengan tubuhnya mengalami luka lebih banyak pada wajah dan tubuh bagian depannya.
Mereka berdua berhasil menyelamatkan diri dan berhenti di luar kota Thaif untuk beristirahat. Ketika itulah datang kepada Rasulullah saw malaikat penjaga gunung untuk menawarkan bantuan. Malaikat tersebut mendapat perintah dari Allah swt untuk taat kepada apapun keingginan Rasulullah saw terhadap orang-orang Thaif yang telah menyakiti dan melukai beliau. Malaikat itu juga menawarkan diri kepada Rasulullah saw untuk diperintahkan supaya menimpakan kedua gunung yang mengapit kota Thaif kepada penduduk kota tersebut.
Namun Rasulullah saw tidak mengiyakan tawaran itu. Beliau malah berdoa kepada Allah swt untuk mengampuni penduduk Thaif karena menurut beliau mereka melakukan itu karena tidak tahu. Bahkan Rasulullah saw berharap kelak anak cucu mereka masuk Islam dan menjadi pendukung setia dakwah Islam.
Allah swt mengabulkan doa Rasulullah saw. Tidak berapa lama kemudian ketika beliau sedang berisitarahat di sebuah kebun kurma dalam perjalanan kembali ke Makkah, seorang pemuda Nasrani bernama Addas tertarik dengan dakwah beliau dan menyatakan keIslamannya. Dan pada masa-masa berikutnya masyarakat Thaif menjadi muslim yang taat dan bermunculan dari kota tersebut pahlawan-pahlawan yang setia dan siap jiwa raganya membela dan mempertahankan keagungan dienul Islam.
Ibrahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat." (QS. Al-Hijr ayat 56).