Bismillahirrahmanirrahim
Banyak hal yang membuat manusia tidak menyadari betapa waktu sudah berlalu sedemikian lama. Bisa jadi saking sibuknya dia dengan aktifitas hidupnya dalam sehari-hari yang sedemikian menyita perhatian serta konsentrasi pikirannya. Mungkin juga banyaknya persoalan hidup yang melilitnya sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain selain solusi dari beragam problematika pribadi tersebut. Atau hal-hal lain yang senantiasa mendera dirinya, terutama dalam konotasi negatif. Paling tidak ruang pikiran dan perasaannya penuh dengan input data yang mengakibatkan pernak-pernik kecil kurang mendapat perhatian lebih.
Kesadaran biasanya sering muncul jika seseorang di luar dirinya mengingatkan, bahkan mungkin menegurnya. Orang itu sudah pasti cukup dekat dengan dirinya. Dekat dalam arti wilayah sosialisasi, bisa juga dekat dalam perspektif emosional seperti teman, sahabat maupun rekan kerja. Tidak tertutup pula kemungkinan pihak-pihak yang menginggatkan tersebut berasal dari masa lalunya. Setelah sekian lama tidak ketemu, ketika bertemu tentu saja suasana curhat pengalaman sekarang maupun kenangan yang telah lewat pasti terjadi. Pada saat flash back itulah kesadaran akan perputaran waktu dan pertambahan usia sengaja maupun tidak muncul dengan sendirinya.
Hitungan usia seseorang bisa berarti banyak hal, lembaran kisah, aneka cerita, beragam perasaan dan pasti jutaan kenangan. Ia bisa berujud amal kebaikan untuk pemiliknya bagian manifestasi ketundukan kepada Sang Pencipta Allah swt atas amanahNya mengabdi sebagai hamba dan mengelola dunia sebagai khalifah. Bisa juga sebaliknya rentetan dosa atas pembangkangkan perintah sang Khaliq karena ketidak tahuan melanggar rambu-rambu yang telah digariskan, maupun juga kesengajaan menabraknya buah dari kekalahan akal pikiran serta jiwa atas dominasi nafsu serta syahwat dunia.
Usia juga mencerminkan ketinggian ilmu seseorang. Berlalunya waktu seharusnya mendorong manusia semakin mengetahui akan banyak hal dalam hidupnya. Ilmu agama sebagai pondasi untuk bergerak dan referensi dalam melangkah. Ilmu dunia sebagai wujud tanggung jawab atas amanah mengelola alam beserta isinya. Maka sudah seharusnya kalau kemudian semakin berilmu seseorang pasti semakin bertaqwa dan tawadu’. Justru ketika sudah mengetahui banyak hal ia merasa semakin tidak tahu apa-apa kerena ternyata masih jauh lebih banyak yang belum diketahuinya. Itulah kesadaran akan keMaha Kuasaan Allah swt. Dialah Pemilik dan Penguasa seluruh jagad raya dengan segala pirantinya.
Sebaik-baik manusia tentu saja orang yang bertambah usia bertambah pula imannya. Bertambah tua bertambah takwanya. Begitulah pribadi terbaik sepanjang zaman Rasulullah saw berpesan kepada umatnya. Sebaliknya pula, kata beliau, seburu-buruk manusia adalah orang yang diberi usia panjang namun hanya dipakai untuk bermaksiat dan melakukan kedzaliman terhadap dirinya dan orang lain. Tentu saja kita memilih kondisi yang pertama, bukan kedua. Semoga begitu keadaannya hari ini, besok dan akhir dari kehidupan kita di dunia ini. Pertangung jawabnya ringan, cepat dan balasannya pun sangat menyenangkan serta membuat bibir kita tidak pernah bosan meminta kepadaNya; surga yang penuh kenikmatan di dalamnya. Amiiinnnnn.
Banyak hal yang membuat manusia tidak menyadari betapa waktu sudah berlalu sedemikian lama. Bisa jadi saking sibuknya dia dengan aktifitas hidupnya dalam sehari-hari yang sedemikian menyita perhatian serta konsentrasi pikirannya. Mungkin juga banyaknya persoalan hidup yang melilitnya sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain selain solusi dari beragam problematika pribadi tersebut. Atau hal-hal lain yang senantiasa mendera dirinya, terutama dalam konotasi negatif. Paling tidak ruang pikiran dan perasaannya penuh dengan input data yang mengakibatkan pernak-pernik kecil kurang mendapat perhatian lebih.
Kesadaran biasanya sering muncul jika seseorang di luar dirinya mengingatkan, bahkan mungkin menegurnya. Orang itu sudah pasti cukup dekat dengan dirinya. Dekat dalam arti wilayah sosialisasi, bisa juga dekat dalam perspektif emosional seperti teman, sahabat maupun rekan kerja. Tidak tertutup pula kemungkinan pihak-pihak yang menginggatkan tersebut berasal dari masa lalunya. Setelah sekian lama tidak ketemu, ketika bertemu tentu saja suasana curhat pengalaman sekarang maupun kenangan yang telah lewat pasti terjadi. Pada saat flash back itulah kesadaran akan perputaran waktu dan pertambahan usia sengaja maupun tidak muncul dengan sendirinya.
Hitungan usia seseorang bisa berarti banyak hal, lembaran kisah, aneka cerita, beragam perasaan dan pasti jutaan kenangan. Ia bisa berujud amal kebaikan untuk pemiliknya bagian manifestasi ketundukan kepada Sang Pencipta Allah swt atas amanahNya mengabdi sebagai hamba dan mengelola dunia sebagai khalifah. Bisa juga sebaliknya rentetan dosa atas pembangkangkan perintah sang Khaliq karena ketidak tahuan melanggar rambu-rambu yang telah digariskan, maupun juga kesengajaan menabraknya buah dari kekalahan akal pikiran serta jiwa atas dominasi nafsu serta syahwat dunia.
Usia juga mencerminkan ketinggian ilmu seseorang. Berlalunya waktu seharusnya mendorong manusia semakin mengetahui akan banyak hal dalam hidupnya. Ilmu agama sebagai pondasi untuk bergerak dan referensi dalam melangkah. Ilmu dunia sebagai wujud tanggung jawab atas amanah mengelola alam beserta isinya. Maka sudah seharusnya kalau kemudian semakin berilmu seseorang pasti semakin bertaqwa dan tawadu’. Justru ketika sudah mengetahui banyak hal ia merasa semakin tidak tahu apa-apa kerena ternyata masih jauh lebih banyak yang belum diketahuinya. Itulah kesadaran akan keMaha Kuasaan Allah swt. Dialah Pemilik dan Penguasa seluruh jagad raya dengan segala pirantinya.
Sebaik-baik manusia tentu saja orang yang bertambah usia bertambah pula imannya. Bertambah tua bertambah takwanya. Begitulah pribadi terbaik sepanjang zaman Rasulullah saw berpesan kepada umatnya. Sebaliknya pula, kata beliau, seburu-buruk manusia adalah orang yang diberi usia panjang namun hanya dipakai untuk bermaksiat dan melakukan kedzaliman terhadap dirinya dan orang lain. Tentu saja kita memilih kondisi yang pertama, bukan kedua. Semoga begitu keadaannya hari ini, besok dan akhir dari kehidupan kita di dunia ini. Pertangung jawabnya ringan, cepat dan balasannya pun sangat menyenangkan serta membuat bibir kita tidak pernah bosan meminta kepadaNya; surga yang penuh kenikmatan di dalamnya. Amiiinnnnn.
Salam