RSS

lima menit untuk selamanya

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Baru hari ini saya mengetahui ada satu lagu yang menjadi bagian kampanye untuk mengajak rakyat Indonesia datang ke TPS mencontreng alias tidak golput. Maklum saya termasuk orang yang sangat jarang sekali menonton TV ataupun mendengarkan radio. Informasi biasanya saya peroleh dari koran maupun internet.

Lagu itu judulnya lima menit untuk lima tahun. Lima menit pada judul lagu itu merujuk pada lamamnya waktu yang dibutuhkan seorang pemilih untuk hadir di sebuah TPS, sedangkan lima tahun adalah waktu seorang anggota legislatif atau presiden hasil contrengan itu menjabat. Sebenarnya terlambat kalau mengomentari lagu tersebut karena pemilu sudah terlaksana. Tapi tidak mengapalah.

Menyimak judul lagu tersebut sebenarnya ada kekeliruan pemahaman si pencipta lagu tersebut tentang kehidupan manusia jika dikaitkan dengan konsep Islam. Dalam ajaran Islam setiap perbuatan manusia berdimensi jauh; dunia dan akhirat. Tidak ada satu perbuatan manusiapun yang tidak dihitung oleh Allah swt setiap detiknya dan akan mendapatkan balasannya di hari kiamat kelak.

Berbeda hanya dengan paham materialisme. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.

Materialis adalah paham yang hanya bersandar pada materi (ma’dah) yang tidak meyakini apa yang ada di balik alam ghaib. Tidak meyakini alam ghaib berarti tidak meyakini adanya kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Dan hal ini secara otomatis menafikan adanya Allah sebagai pencipta alam semesta. Karena menurut paham ini, alam beserta isinya berasal dari satu sumber yaitu materi (ma’dah).

Secara umum, ciri-ciri paham ini bisa kita klarifikasikan. Setidaknya ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan paham ini: Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi, tidak meyakini adanya alam ghaib, menjadikan panca-indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu, memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukum, dan menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq.

Dengan pengertian seperti itu maka tidak ada pertanggung jawabkan bagi seseorang atas perbuatannya di dunia. Begitu meninggal semua sudah berakhir dan habis. Tentu saja ideologi ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam tentang kehidupan.

Allah Ta’ala memberikan kepada manusia anggota tubuh untuk bergerak, akal untuk berpikir, ini semua kenikmatan yang harus disyukuri, dengan cara menggunakannya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata, dan beraktifitas keduniawiaan yang bermanfaat dalam kebaikan. Allah Ta’ala berfiman:

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Qiyamah: 36)

Kesadaran itu yang membuat kita berhati-hati dalam berucap dan berbuat, karena semua pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala di akhirat. “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

Sehingga apapun yang kita lakukan tadi pagi; datang atau tidak ke tempat coblosan, memilih atau golput sekalipun dampaknya tidak hanya kita rasakan lima tahun sesuai usia pemerintahan sistem demokrasi Indonesia. Lima menit tadi pagi waktu yang kita pakai beraktifitas juga akan kita ambil hasilnya kelak pada hari di mana tidak ada yang berhak menentukan nasib seseorang kecuali Allah swt.

| edit post

3 Responses to "lima menit untuk selamanya"

  1. Anonim Says:
  2. jadi ceritanya,kemaren ikut nyontreng gak bi? ^_^
  3. abinehanafi Says:
  4. nunggu antum ada di gambar orang yg hrus di contreng ;>
  5. fphoer Says:
  6. gmn jagonya menang apa gk??

Posting Komentar