RSS

belajar dari tiga sesepuh

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Hari ini saya pergi ke tukang cukur rambut untuk mengurangi rambut di kepala yang mulai tebal dan panjang. Di samping juga supaya tidak “kualat” karena hari-hari terakhir ini saya sering mengingatkan beberapa orang yang rambutnya juga mulai panjang dan tebal untuk menguranginya.

Karena hari sudah siang, saya harus antri beberapa lama untuk mendapat giliran. Sambil menunggu antrian saya asyik menyimak cerita seorang bapak yang sudah sepuh dan menjadi tokoh sentral dalam diskusi kecil di tempat cukur rambut tersebut.

Pengetahuan dan wawasan bapak itu terhadap sejarah Indonesia zaman dulu relatif sangat, khususnya sejak penjajahan Belanda, Jepang sampai era bung Karno. Terlebih beliau tentu saja mengalami sendiri sebagian masa-masa getir tersebut.

Dalam usia yang menjelang 85 tahun (pengakuannya sendiri), geraknya masih energik, suaranya masih jelas dan subahanallah ingatannya masih kuat. Dengan sangat lancar beliau menceritakan kesengsaraan rakyat ketika hidup pada masa Belanda dan Jepang. Juga menyayangkan bangsa Indonesia yang dianugerahi kekayaan alam melimpah ruah ternyata rakyatnya masih banyak yang susah dan menderita.

Beberapa kali bapak itu menepuk-nepuk punggung saya ketika mengomentari kehidupan anak muda saat sekarang. Termasuk juga makin hilangnya kesopanan remaja sekarang. Bapak itu menyayangkan semakin jarangnya penggunaan bahasa jawa halus dalam masyarakat di jawa. Beliau yang bisa sedikit-sedikit bahasa Belanda, Jepang dan Madura menganggap bahasa Jawa cukup efektif untuk mendidik sopan santun anak-anak kepada orang tuannya.

Sebelum meninggalkan saya dan orang-orang yang sedari tadi asyik menyimak ceritannya, ia mengajak kami untuk bersikap seperti dirinya; memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi sebagai bangsa Indonesia. Beliau meninggalkan kami dengan empat nasehat agar hidup tenang di masyarakat; jangan merasa sombong, kalau tidak mau disakiti jangan menyakiti, berbuat baik kepada tetangga karena itu saudara terdekat kita dan jangan membeda-bedakan orang karena suku, agama maupun warna kulitnya karena kita sama-sama orang Indonesia. Hemmm.... nasionalis tulen, begitu pikir saya dalam hati.

Saya kemudian teringat dua orang tokoh yang sebaya bapak tersebut, satunya sekarang masih hidup dan satunya sudah lama sekali meninggal. Orang pertama adalah Hugh Hefner pemilik majalah play boy yang saat ini berusia sekitar 83 tahun, sedangkan satu orang lainnya yaitu Abu Ayyub Al-Anshari salah seorang sahabat Rasulullah saw.

Hugh Hefner kita kenal sebagai salah satu penyebar kemaksiatan terbesar di dunia pada era modern. Kakek satu ini yang sekarang tinggal seatap dengan para model tanpa ikatan apapun mulai menjalankan kerajaan bisnis pornografinya pada tahun 1953. Playboy telah berperan sangat penting dalam membawa pornografi ke luar dari kamar tidur dan memasuki ruang publik secara terbuka. Sejak awal memang majalah ini dirancang untuk menjajakan paham kekebasan dalam berperilaku sebagai bagian dari gaya hidup.

Peredaran majalah ini sudah mendunia, termasuk (ironisnya) di negara kita yang penduduknya mayoritas muslim. Pada tahun 2006 majalah playboy harus mencetak 7 juta eksemplar setiap bulannya. Bisa dibayangkan berapa jumlah uang yang beredar dalam bisnis haram tersebut, termasuk segala pernik-pernik aksesoris pornografi sebagai penunjanngya. Konon untuk mendapatkan hak atau lisensi terbit di tanah air, pengelola playboy Indonesia harus merogoh kocek 1 miliar. Berarti secara kalkulasi bisnis ada keyakinan peredaran majalah ini akan sangat menguntungkan sehingga berani resiko menghadapi segala macam penentangan dari masyarakat Indonesia, khususnya kaum muslimin.

Sagat wajar dan menjadi keharusan kalau kita memerangi pornografi dan segala instrumen pendukungnya. Kita menyadari bahwa pornografi sudah seperti candu yang mengandung bahaya besar dan merusak seluruh sendi kehidupan masyarakat khususnya bagi generasi muda, sehingga pemberantasan pornografi harus senantiasa digelorakan setiap saat. Pornografi bisa mengancam kehidupan moral pribadi seseorang yang menyukainya.

Allah swt berfirman “Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32).

Anak-anak remaja paling rentan terhadap bahaya pornografi karena secara psikologi mereka sedang memasuki masa pubertas dengan libido (nafsu seksual) yang berpotensi meledak-ledak, di samping perasaan ingin tahunya yang sangat besar terhadap dorongan biologis itu. Tidak bisa dihitung lagi berapa kali kita mendengar para remaja, pemuda dan mahasiswa melakukan perzinaan setelah terprovokasi adegan-adegan panas dari majalah, surat kabar dan VCD porno.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana besarnya dosa kakek Hugh jika tidak bertobat sebelum meninggal dunia. Apalagi orang yang mengawali kemaksiatan akan menerima tambahan dosa dari orang-orang yang mengikuti jalannya bermaksiat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim).

Orang tua sepuh ketiga yang juga tokoh kaum muslimin adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Sesuai dengan nama belakangnya, beliau berasal dari kabilah Anshar atau penduduk asli Madinah yang menolong kaum Muhajirin yaitu kaum muslimin Makkah yang berhijrah di Madinah.

Rumah beliau sempat menjadi tempat tinggal Rasulullah saw dan keluarganya pada hari-hari pertama di Madinah sebelum di buatkan rumah untuk beliau dan keluarganya di sebelah masjid Nabawi.

Allah swt menganugerahi laki-laki sholeh ini umur cukup panjang 80 tahun lebih. Beliau mengalami masa empat khalifah yang lurus (khulafaurrasyidin) Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Beliau sangat aktif mengikuti perjalanan jihad bersenjata kaum muslimin khususnya setiap usaha membuka kota konstantinopel. Beliau sangat mengharapkan menjadi anggota pasukan terbaik kaum muslimin sebagai kabar nubuwwah Rasulullah Muhammad saw.

“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang membebaskannya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya”. [H.R. Ahmad bin Hanbal).

Banyak serangan yang dilancarkan para khalifah Islam dalam rangka penaklukan konstantinopel dalam rentang waktu 800 tahun lamanya karena terinspirasi dan termotivasi sabda Rasulullah saw. Namun semuanya mengalami kegagalan sampai penyerangan terakhir yang dilakukan oleh sultan muhammad II dari kekhalifahan Utsmaniyyah yang bergelar muhammad Al-Fatih.
Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H. / 654 M masa pemerintahan Usman bin Affan ra. Dia mengirimkan Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan oleh kokohnya pertahanan kota Konstantinopel.

Pada masa kekhilafahan Islam masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan Pertama; yang dilakukan pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. sayangnya upaya itu belum berhasi. Kedua; adalah yang dilakukan pada masa Sulaiman bin Abdul Malik tahun 98 H . Pada saat itu khalifah mengirimkan pasukan tentara sejumlah 20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan Konstantinopel, namun belum memperoleh apa yang diharapkan.

Dalam usaha penaklukan yang pertama itulah Abu Ayub Al-Anshari syahid. Ketika itu beliau telah berusia 80 tahun lebih. Dalam pertempuran yang sengit di sekitar benteng konstantinopel beliau mengalami luka sangat parah. Sebelum wafat Abu Ayyub sempat berwasiat jika meninggal dunia dalam pertempuran besok paginya, beliau meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim dari wilayah konstantinopel. Dan para sahabatnya memenuhi permintaan beliau dan berhasil menyelinap untuk memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn. Makamnya sampai sekarang masih ada di Turki.

Hidup adalah masalah dalam memilih karena Allah swt telah memberikan dua alternatif bagi kita; kebaikan atau kefasikan (Asy-Syams ayat 8), telebih hidup itu sesungguhnya adalah ujian bagi manusia siapa yang paling baik amalnya (Al-Mulk ayat 2). Alangkah indahnya kalau kemudian sepanjang waktu yang diberikan kepada kita sebagai kesempatan hidup di dunia penuh dengan amal kebaikan dan ketaatan kepada Allah swt. Itulah golongan manusia-manusia terbaik.

Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada para sahabat, “Maukah kalian aku beritahu tentang orang yang terbaik di antara kalian?” Para sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Kata beliau, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya.” (HR. Ahmad)

Semoga Allah swt juga memberikan kesanggupan kepada kita untuk mengisi waktu demi waktu keseharian dengan lebih banyak mengerjakan kebaikan. Jangan sampai pertambahan usia kita justru menambah banyaknya jumlah kesalahan yang kita kerjakan. Bukankah semua kelak akan kita pertanggung jawabkan di mahkamah pembalasan?

| edit post

0 Responses to "belajar dari tiga sesepuh"

Posting Komentar