“Engkau tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang engkau cintai (ya Muhammad), akan tetapi Allah swt akan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (Al-Quranul Karim).
Namanya Ahmad Rifa’i, panggilannya Rifa'i. Kalau di lihat silsilah generasi, ia tiga generasi di atas sy. Ia angkatan paman sy. Rumahnya cukup dekat dengan tinggal keluarga sy karenanya kami cukup akrab, terlebih ia teman dekat paman sy.
Sejak dulu ia terkenal sebagai “aktifis” di kampung. Baik sejak eranya karang taruna, remaja masjid maupun ketika masuk era parpol. Karena backgroundnya nadhlitin, ia cukup aktif di PKB, khususnya Banser. Saking ngefansnya dengan PKB ia memasang spanduk di pagar rumahnya dan baliho di pinggir jalan depan rumahnya.
Setiap lebaran ia akan datang rumah untuk bersilaturahim dengan bapak dan ibu sy yang biasa dipangilnya “pakde dan makde”. Kalau pas sy pulang, ia akan mendatangi sy untuk sekedar berangkulan dan bertegur sapa barang beberapa menit. Kebiasaan itu selalu ia lakukan setiap tahunnya.
Lebaran kali inipun begitu. Atas kehendak Allah swt, satu jam setelah sy datang dan menginjak lantai rumah, ia mendatangi sy yang sedang rebahan di tempat tidur. Setelah memberi salam ia lalu merangkul dan memeluk sy. Setelah tahu sy masih capek baru datang, tanpa diminta langsung tanggannya bergerak memijat tubuh sy.
Ketika dipijit itulah sy mulai merasa ada yang berubah dari senior sy ini. Tidak hanya pakaiannya yang memakai gamis, tapi juga omongannya. Sy banyak mendapat tausyiah yang menyegarkan pagi itu.
Dari berbagai cerita yang ia sampaikan sy kemudian paham kalau ia sudah beberapa waktu aktif bergabung dengan teman-teman Tabligh. Alhamdulillah, batin sy dalam hati. Sy memilih lebih banyak diam dan mendengar apa yang ia sampaikan dari mulai proses “mencari dan menemukan hidayah” (begitu ia memberi istilah), beragam pengalaman dakwahnya dan juga pengalaman-pengalaman spiritualnya. Menarik dan mengharukan.
Ia ingin menghabiskan hidupnya untuk dakwah karena menurutnya itu cara mendapatkan tiket masuk surga. Beberapa kali ia mengutip firman Allah swt, sabda Rasulullah saw, dan juga atsar para sahabat serta salafush sholeh ketika “menceramahi” sy. Cita-citanya adalah membuat 2/3 manusia di dunia masuk ke dalam Islam seperti pada masa-masa kejayaan Islam.
Banyak kalimat-kalimat yang ia sampaikan masih terngiang dengan jelas di benak sy. Mungkin karena semangatnya ia menyampaikan serta rasa keikhlasan yang muncul dalam dirinya.
“Dakwah kita itu kalah dengan orang-orang kristen. Mereka saja tidak takut datang door to door ke rumah orang-orang Islam dengan menawarkan supermi, uang, beasiswa dan rumah asal mereka mau datang ke gereja. Datang saja, duduk tidak ngapa-ngapain. Bagaimana dengan kita bang? (ia biasa memanggil sy dan kakak serta adik sy dengan “bang”) ...”
“Dakwah.....dakwah.....dakwah...... Itu sunnah Rasulullah saw. Bukan yang lain dan juga bukan partai...”
“Dakwah itu perlu perjuangan, pengorbanan dan juga kesabaran. Kita akan di ejek, dihina juga dicemooh. Saya pernah mengalaminya”.
“Kehidupan masyarakat sekarang itu, Masya Allah. Wanita sudah kehilangan malunya suka pamer aurat, masjid semakin kosong, orang-orang yang rendah ilmunya menjadi penguasa. Kalau bukan kita yang memperbaikinya, siapa lagi, bang?
“Pak.....bu....paklik ...... bulik...... mas.....dik..... kita ini bersaudara. Saya datang ke rumah sampeyan karena kita bersaudara. Saya sayang dan cinta sampeyan. Saya ingin kita semua selamat dunia akhirat. Mari datang ke mushola atau masjid. Mari kita sholat berjama’ah.”
Selamat berjuang, sobat!!!. Jalan dakwahmu telah jauh meninggalkanku. Semoga Allah swt senantiasa menjagamu dan menguatkan semangatmu untuk istiqomah mengajak manusia yang mulai lalai dari Allah swt untuk kembali ke dalam naungan syariahNya. amin.
Namanya Ahmad Rifa’i, panggilannya Rifa'i. Kalau di lihat silsilah generasi, ia tiga generasi di atas sy. Ia angkatan paman sy. Rumahnya cukup dekat dengan tinggal keluarga sy karenanya kami cukup akrab, terlebih ia teman dekat paman sy.
Sejak dulu ia terkenal sebagai “aktifis” di kampung. Baik sejak eranya karang taruna, remaja masjid maupun ketika masuk era parpol. Karena backgroundnya nadhlitin, ia cukup aktif di PKB, khususnya Banser. Saking ngefansnya dengan PKB ia memasang spanduk di pagar rumahnya dan baliho di pinggir jalan depan rumahnya.
Setiap lebaran ia akan datang rumah untuk bersilaturahim dengan bapak dan ibu sy yang biasa dipangilnya “pakde dan makde”. Kalau pas sy pulang, ia akan mendatangi sy untuk sekedar berangkulan dan bertegur sapa barang beberapa menit. Kebiasaan itu selalu ia lakukan setiap tahunnya.
Lebaran kali inipun begitu. Atas kehendak Allah swt, satu jam setelah sy datang dan menginjak lantai rumah, ia mendatangi sy yang sedang rebahan di tempat tidur. Setelah memberi salam ia lalu merangkul dan memeluk sy. Setelah tahu sy masih capek baru datang, tanpa diminta langsung tanggannya bergerak memijat tubuh sy.
Ketika dipijit itulah sy mulai merasa ada yang berubah dari senior sy ini. Tidak hanya pakaiannya yang memakai gamis, tapi juga omongannya. Sy banyak mendapat tausyiah yang menyegarkan pagi itu.
Dari berbagai cerita yang ia sampaikan sy kemudian paham kalau ia sudah beberapa waktu aktif bergabung dengan teman-teman Tabligh. Alhamdulillah, batin sy dalam hati. Sy memilih lebih banyak diam dan mendengar apa yang ia sampaikan dari mulai proses “mencari dan menemukan hidayah” (begitu ia memberi istilah), beragam pengalaman dakwahnya dan juga pengalaman-pengalaman spiritualnya. Menarik dan mengharukan.
Ia ingin menghabiskan hidupnya untuk dakwah karena menurutnya itu cara mendapatkan tiket masuk surga. Beberapa kali ia mengutip firman Allah swt, sabda Rasulullah saw, dan juga atsar para sahabat serta salafush sholeh ketika “menceramahi” sy. Cita-citanya adalah membuat 2/3 manusia di dunia masuk ke dalam Islam seperti pada masa-masa kejayaan Islam.
Banyak kalimat-kalimat yang ia sampaikan masih terngiang dengan jelas di benak sy. Mungkin karena semangatnya ia menyampaikan serta rasa keikhlasan yang muncul dalam dirinya.
“Dakwah kita itu kalah dengan orang-orang kristen. Mereka saja tidak takut datang door to door ke rumah orang-orang Islam dengan menawarkan supermi, uang, beasiswa dan rumah asal mereka mau datang ke gereja. Datang saja, duduk tidak ngapa-ngapain. Bagaimana dengan kita bang? (ia biasa memanggil sy dan kakak serta adik sy dengan “bang”) ...”
“Dakwah.....dakwah.....dakwah...... Itu sunnah Rasulullah saw. Bukan yang lain dan juga bukan partai...”
“Dakwah itu perlu perjuangan, pengorbanan dan juga kesabaran. Kita akan di ejek, dihina juga dicemooh. Saya pernah mengalaminya”.
“Kehidupan masyarakat sekarang itu, Masya Allah. Wanita sudah kehilangan malunya suka pamer aurat, masjid semakin kosong, orang-orang yang rendah ilmunya menjadi penguasa. Kalau bukan kita yang memperbaikinya, siapa lagi, bang?
“Pak.....bu....paklik ...... bulik...... mas.....dik..... kita ini bersaudara. Saya datang ke rumah sampeyan karena kita bersaudara. Saya sayang dan cinta sampeyan. Saya ingin kita semua selamat dunia akhirat. Mari datang ke mushola atau masjid. Mari kita sholat berjama’ah.”
Selamat berjuang, sobat!!!. Jalan dakwahmu telah jauh meninggalkanku. Semoga Allah swt senantiasa menjagamu dan menguatkan semangatmu untuk istiqomah mengajak manusia yang mulai lalai dari Allah swt untuk kembali ke dalam naungan syariahNya. amin.