RSS

Ketika pingin punya uang banyak

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim


Saya lupa persisnya kapan pingin punya uang banyak terakhir kalinya. Namun tiba-tiba hari saja hari ini saya sangat kepingin sekali punya uang banyak. Saking inginnya langsung berdoa kepada Allah swt supaya harapan itu bisa terkabul seketika. Tentu saja kecil kemungkinan tersebut, karena toh saya menyadari kualitas iman saya belum cukup untuk membuat Allah swt mengijabahi permohonan itu secara kontan.

Adalah pertemuan dengan tiga orang teman dalam satu hari yang jarak antar satu dengan lainnya tidak lama membuat keinginan punya uang banyak itu muncul dan sangat kuat. Ketiga-tiganya sedang diuji oleh Allah swt dengan jenis yang berbeda, sementara solusi terdekat dan tercepat memberi mereka bantuan berupa uang karena itu yang dibutuhkan saat ini.

Teman pertama butuh uang untuk mengobati orang tua laki-lakinya. Belum lama ini bapaknya divonis gagal ginjal. Satu-satunya terapi yang mungkin adalah melakukan cuci darah satu minggu sekali. Berita itu tentu saja membuat keluarga tersebut menarik nafas cukup dalam membayangkan biaya untuk melakukannya.

Kalau melihat kondisi ekonomi keluarga teman ini, memang biaya cuci darah yang sekian ratus ribu sekali jalan cukup berat. Saya yang pernah nyambangi rumahnya dan sedikit tahu aktifitas keluarga itu tentu menyadari beban tersebut. Informasi dari teman itu kemarin kakak tertuanya sedang mengurus jamkesda (jaminan kesehatan daerah) sebagai biaya utama pengobatan.

Kemarin saya bersama beberapa orang teman besuk ke rumah sakit. Dalam perjalanan pulang dari ruang inap pasien sampai tempat parkir kendaraan muncul perasaan bersalah karena tidak bisa membantu apa-apa. Ketika itulah perasaan pingin punya uang banyak mulai muncul. Bukan untuk yang lain, tentu ingin membantu keluarga itu terbebas dari beban biaya pengobatan kepala keluarganya.

Hari ini saya mendapat informasi kalau bapaknya belum boleh pulang karena kondisinya belum memungkinkan. Dokter masih menunggu perkembangannya setelah menjalani cuci darah yang kedua lusa nanti.

Teman kedua yang hari ini butuh uang lain lagi masalahnya. Ia baru saja mewakili orang tuanya memenuhi panggilan sekolah tempat sang adik belajar. Ternyata ada beberapa tagihan yang harus segera si adik bayar karena minggu depan akan diadakan ujian semester (UAS). Besaran tunggakan itu mungkin bagi sebagian orang tidak banyak, namun bagi ia dan keluarganya sangat banyak.

Maka teman tadi berusaha menemui orang-orang yang ia anggap bisa membantunya meminjami uang. Saya termasuk yang ia anggap bisa membantu untuk mencarikan solusi dari masalahnya. Tentu saja saya berusaha melakukan apa yang bisa dilakukan meskipun belum mampu menyelesaikan seluruh

Teman yang ketiga sedikit lebih kompleks masalahnya. Ia bercerita tentang kondisi keuangannya yang tiga bulan ini selalu dalam kondisi minus. Awalnya hanya puluhan ribu, sekarang angka minusnya sudah sampai ratusan ribu setiap bulannya. Tentu saja bagi orang-orang kecil kondisi tersebut membuat bingung.

Sebenarnya secara kasat mata ia sudah bekerja sangat keras. Dalam satu hari ia bekerja pada dua tempat yang berbeda; pagi sampai siang sebagai pedagang dan siang sampai malam sebagai pegawai pada sebuah lembaga di dekat tempat tinggalnya.
Menurutnya ada dua penyebab, paling tidak, penyebab defisit keuangan keluarganya. Alasan pertama yakni kebutuhan susu bayinya. Karena ibunya tidak bisa menghasilkan ASI terpaksa kebutuhan makanan si bayi berasal dari susu bubuk. Akibatnya semakin besar sang bayi, semakin banyak pula kebutuhan susu bubuknya. Dan itu harus ia beli seminggu satu sampai dua kali.

Penyebab lain dalam pikirannya adalah kebutuhan sekolah adiknya. Meski bukananak tertua dan orang berkecukupan ia mengangkat beban menanggung biaya sekolah adiknya paling kecil. Itu ia lakukan karena kasihan dengan adik dan ibunya. Ia ambil adiknya dari desa asalnya dan ia sekolahkan di dekat rumahnya.

Ternyata kebutuhan anak sekolah zaman sekarang di luar hitungannya. Selain uang saku masih banyak yang ia harus penuhi dari kebutuhan sekolah adiknya. Meski ia tahu sendiri sang adik sudah sedemikian ngirit untuk meringankan beban kakaknya.

Sambil berfikir keras mencari cara untuk membantu mereka, sekilas terlintas wajah Gayus dan teman-teman seprofesinya yakni para koruptor besar negeri ini. Andaikan mereka tidak mengemplang uang rakyat tentu pemerintah bisa mensejahterakan rakyatnya, tentu saja termasuk tiga orang teman saya tadi.

Namun menyalahkan mereka saja nampaknya masih kurang karena setiap harinya sudah kerja ekstra banting tulang bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya. Jangan lupakan tanggung jawab pemerintah untuk menjamin kecukupan rakyatnya dalam aspek-aspek mendasar kebutuhan manusia; pangan, papan, sandang, perumahan dan pendidikan. Itulah kebutuhan asasi setiap warga negara yang harus dicukupi pemerintah.

Namun kenyataan di negeri ini masih jauh dari harapan. Betapa kekuasaan ekonomi di negeri ini hanya berputar pada segelintir orang di negeri ini. Data menunjukkan bahwa tanah produktif di Indonesia hanya dimiliki 0.2% manusia dari sekian ratus juta jumlah penduduknya. Wajar kalau kemudian orang kaya semakin kaya, sedangkan yang miskin tambah sengsara dalam kemiskinannya.

Teringat saya akan kehidupan umat Islam pada masa khalifah Umar bin Khatab. Beliau mempunyai kebijakan ekonomi dengan istilah santunan warga negara. Program ini menjamin tidak ada orang yang kekurangan karena negara mengalokasikan dana sangat besar untuk kesejahteraan warganya.

Begitu pula masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Masa dimana tidak ada orang yang mau menerima zakat dari amil dan negara karena semua mampu mengeluarkan zakat. Para pembagi zakat harus membawa kembali zakat yang hendak mereka bagi ke baitul maal. Itu semua tentu saja karena negara berhasil membuat seluruh warganya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Bahkan mempunyai kelebihan sehingg bisa mengeluarkan zakatnya.

Muara dari kondisi tersebut ada pada pemimpin yang adil. Seorang pemimpin yang menyadari ia adalah pelayan rakyatnya. Sebagai pelayan maka ia tentu akan giat melayani majikannya, memeriksa apa yang kurang dari servisnya dan memastikan tidak ada keluhan dari tuannya terkait pelayanannya. Maka ia menjadi orang terakhir yang merasakan enak ketika makan, nyeyak ketika tidur dan berbahagia ketika sedang santai-santai karena semua majikan telah terlayani dengan baik.

Sayangnya diri kita belum memiliki kesempatan untuk hidup dalam masa seperti itu. Para pemimpin kita layaknya bos kita. Mereka minta dilayani segala keinginannya dan didahulukan segala keperluannya. Prinsipnya bukan apa yang bisa saya berikan kepada rakyat saya tapi apa yang rakyat saya bisa dipersembahkan kepada saya. Semua yang ada dinegeri ini adalah milik saya; tanah, laut, udara dan juga manusianya. Tipologi pemimpin khas monarkhi zaman purba dulu.

| edit post

0 Responses to "Ketika pingin punya uang banyak"

Posting Komentar