RSS

Hati-hati, jauhi mereka bertiga

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Ketika kondisi cuaca sudah pada situasi tidak pasti dan tidak tentu seperti sekarang ini, kita selalu diingatkan untuk menjaga kesehatan. Tubuh manusia memang tidak selamanya fit atau siap menerima serangan berbagai macam virus yang bergentayangan di sekitar kita untuk masuk merasuk ke dalam tubuh setiap kita. Tentu saja lebih efektif untuk mencegah daripada mengobati, sedia payung sebelum hujan.

Beragam cara dilakukan orang-orang berduit demi menjaga tubuh mereka senantiasa sehat seperti mengkonsumsi makanan dengan kandungan gizi mencukupi, istirahat teratur, olahraga teratur, dan rekreasi teratur. Belum lagi mengangarkan anggaran rutin untuk sebulan sekali mengunjungi dokter untuk cek up ataupun sekedar konsultasi.

Namun saat ini saya tidak terpikir akan hal itu karena pada umumnya penyakit-penyakit seperti itu lebih jelas cara mengobatinya selama obat tersedia dan uang di kantong cukup untuk membayar dokter ataupun rumah sakit. Memang akan sangat menderita jika sedang sakit dan tidak punya uang. Langsung kita teringat pesan sebagian orang yang kemudian diwujudkan dalam sebuah buku berjudul “orang miskin dilarang sakit”. Semoga kita semua tidak seperti itu.

Disamping senantiasa waspada menjaga fisik dari penyakit-penyakit jasmani, orang juga harus selalu waspada dengan penyakit-penyakit hati. Saya ambil tiga penyakit yang sangat berbahaya bagi manusia. Penyakit itu adalah sombong, rakus, dan iri hati.

Sombong atau kata padanannya takabur merupakan sifat seseorang yang disebabkan perasaan lebih baik dari orang lain. Perasaan lebih baik itu bisa karena kualitas intelektual, jumlah harta kekayaannya, jabatan atau kekuasaan maupun tampang muka dan jaringan relasi sosial.

Kalau penyakit itu sudah akut bawaan orang tersebut pasti selalu meremehkan dan mengkerdilkan orang lain dimana saja serta kapan saja. Bahkan kalau sudah kronis stadium dua belas mungkin dia akan super narsis; tidak ada orang yang sebaik dirinya, apalagi lebih baik. “Ketahuilahsesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup”. (Al-Alaq:6-7).

Kita harus hati-hati dengan sifat ini jangan sampai membiarkannya tidur nyeyak di dalam tingkah laku dan pikiran kita. Akhir dari orang dengan kepribadiaan seperti ini pasti jelek. Pasti jelek. Fira’un, Namrudz, Qorun maupun manusia-manusia lain yang meng copy paste karakter mereka.

Jangan lupa juga bahwa gelar “terkutuk atau terlaknat” yang diperoleh iblis dari Allah swt dan semua orang beriman adalah karena sifat ini; sombong dan takabur. Perasaan Iblis yang merasa lebih mulia dari Adam karena ia diciptakan Allah swt dari api sementara Adam dari tanah mengantarkannya pada posisi enggan dan menyombongkan diri (aba wastakbar).

Saking sombongnya ia berani menolak perintah Allah swt untuk bersujud kepada Adam. Suatu perintah yang dipatuhi oleh seluruh malaikat di langit. Ia bersikeras bahwa ia lebih baik dan lebih mulia sehingga tidak pada tempatnya harus bersujud kepada Adam.

Akibat pembangkangannya tersebut Iblis di laknat Allah swt sampai akhir zaman. Garansinya sudah jelas neraka jahanam di dalamnya selamanya. Apakah kita masih berminat memelihara sifat jelek itu? A’udzubillah min dzalik.

Penyakit kedua yang harus dipastikan jauh dari kita adalah rakus alias tamak. Gambaran ideal untuk personifikasi sifat itu mungkin ada pada monyet. Seekor monyet akan berusaha memenuhi kedua tangan dan kakinya dengan pisang, itupun dalam kondisi mulutnya penuh sedang mengunyah pisang. Satu belum habis sudah menyiapkan empat.

Dalam kisah terusirnya bapak moyang kita nabi Adam as sifat ini menjadi aktornya. Adam dan Hawa awalnya adalah penduduk surga. Berbagai fasilitas dan kenikmatan surga berhak mereka nikmati sepuasnya. Sebuah karunia yang sangat luar biasa tingginya dari Allah swt Maha Rahman dan Rahim.

Beliau berdua hanya mendapat satu pesan khusus; "jangan mendekati pohon ini (apalagi memakannya). (Maka jika kalian lakukan) kalian termasuk orang-orang aniaya". (QS. 2:35). Perintahnya begitu singkat dan sangat jelas. Sayangnya perintah Allah swt itu tidak berhasil dilaksanakan dengan baik.

Iblis yang sudah mendeclare dirinya sebagai musuh manusia sampai akhir masa berhasil mengoda sepasang manusia bertama tersebut,- Adam dan Hawa - terus menerus dan tidak putus asa. Ia menggelitik-gelitik nafsu beliau berdua sehingga akhirnya tergoda jeratan Iblis dan melanggar perintah Allah swt. Beliau berdua tidak hanya mendekati pohon itu, tapi juga memakannya. Inilah pelanggaran pertama manusia terhadap perintah Allah swt. Dan sebagai hukumannya Allah swt menurunkan beliau berdua ke bumi.

Pada masa sekarang ketamakan manusia sudah melewati batas kewajaran. Misalnya saja seseorang yang mempunyai uang banyak pingin memiliki semua benda berharga di muka bumi ini, tidak sekedar property benda mati tapi juga manusia.

Monopoli dalam bidang ekonomi seperti perdagangan dan penguasaan kekayaan alam contoh lain dari kerakusan manusia. Indonesia yang sedemikian luasnya hanya dimiliki tidak lebih dari 10% total penduduknya. Tanah, air dan udara bahkan sudah dikapling-kapling orang-orang kaya sebagai propertinya. Maka kemiskinan, kemelaratan, dan kesengsaraan sebagaian umat manusia di dunia ini diantaranya disebabkan rakusnya sebagian manusian yang lain.

Kurangnya rasa syukur kepada Allah swt merupakan efek berikutnya dari ketamakan. Perasaan selalu kurang-kurang terus dipeliharan dan disuburkan di dalam hatinya. Punya satu pingin dua, punya dua pingin tiga dan seterusnya. Jika tidak hati-hati bisa terperosok lebih dalam kepada kufur nikmat. Astaghfirrullahala’dzim.

Iri atau hasad merupakan penyakit jiwa ketiga yang harus tidak ada dalam diri kita. Penyakit ini membuat pola interaksi seseorang dengan orang lain tidak nyaman sama sekali. Ia tidak sedang melihat orang lain mendapatkan kebaikan, kelebihan, prestasi maupun penghargaan yang lebih daripada dirinya. Hatinya ngenes jika melihat orang lain lebih daripada dirinya.

Dulu saya pernah mendengar ceramah seorang dai terkenal pada masanya sehingga mendapat julukan da’I sejuta umat mencontohkan akibat sifat iri dalam diri seseorang dengan ilustrasi seperti ini; "melihat tetangganya beli televisi baru ia meriang, mendengar tetangganya beli kulkas baru sakitnya lebih parah, mendengar tetangganya beli mobil baru ia opname, akhirnya mendengar tetangganya beli rumah baru ia meninggal dunia". Mungkin gambaran tersebut berlebihan, namun suasana kejiwaan yang digambarkan mungkin mendekati realitas.

Sejarah pembunuhan pertama di muka bumi juga dilatar belakangi perasaan iri atau hasad ini. Gejolak kejiwaan karena perasaan iri itulah yang mendorong anak nabi Adam membunuh saudara kandungnya sendiri.

Berawal dari ketentuan Allah swt untuk memutuskan tentang siapa menikah dengan siapa diantara dua pasang anak kembar nabi Adam as. Ketentuannya adalah siapa yang kurbannya diterima Allah swt maka akan mendapatkan pasangan hidup terbaik.

Namun disitulah pangkal masalahnya. Justu karena tersebut , Qobil membunuh Habil. Ia iri kurban yang ia persembahkan kepada Allah swt tidak diterima sedangkan kurban saudaranya diterima. Sebenarnya wajar saja kalau kurban yang dipersembahkan Qobil tidak diterima Allah swt karena ia memberikan tanaman maupun hewan sisa-sisa dan kurus-kurus. Ia lebih memilih hewan atau tanaman yang baik-baik untuk dirinya, sementara hewan dan tanaman yang tidak ia pergunakan dipersembahkan kepada Allah swt. Jelas saja kurbannya tertolak.

Berbeda dengan Habil. Ketaatannya kepada Allah swt membuatnya rela mengikhlashkan hasil ternak dan panennya untuk kurban. Ia menyadari kalau kurba terbaiklah yang akan diterima oleh Allah swt. Dan pilihannya terbukti benar, kurbannya diterima sebaliknya saudaranya tidak. Tabiat seperti itu kemudian terwariskan kepada anak cucu Habil sampai dengan masa kita sekarang ini.

Menginggat besarnya dampak negative yang timbul, perlu upaya preventif kita supaya tidak terjangkiti virus-virus ketiga penyakit diatas. Usaha tersebut harus dilakukan dengan penuh kesadaran, sepenuh kemauan dan keberlangsungannya yang terus menerus atau istiqomah

Jangan hanya mengurusi kesiapan fisik atau jasmani kita belaka tetapi benteng pertahanan harus sudah terbangun di hati dan pikiran sehingga aman dari rongrongan para penyakit tersebut. Dan jika sudah nampak infeksi masuk ke sebagian hati serta pikiran kita segeralah diobati dengan obat paling mujarab di dunia yakni menginggat kebesaran dan ke Maha Kuasa an Allah swt.


| edit post

0 Responses to "Hati-hati, jauhi mereka bertiga"

Posting Komentar