RSS

dua minggu yang “mempesona”

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah. Hari ini masuk dua tahun usia Abdurrahman Ahmad Hanafi, orang biasa memanggilnya Hanafi. Seorang bocah kecil yang diharapkan menjadi anak soleh, permata keluarga, masyakarat tempat ia tinggal dan umat secara keseluruhan (al-Baqarah:128, 132). Doa itu menjadi bagian wirid harian kedua orang tuanya karena menyadari tantangan kehidupan mendatang jauh lebih sulit dan kompleks. Hanya inayah dan maunah Allah swt yang bisa menjaga anak ini berjalan dan tetap istiqomah menapak tilasi perjalanan Rasulullah saw, para sahabat beliau dan orang-orang sholeh yang memperjuangan Islam.

Seperti anak-anak lainnya, diantara masa paling krusial bagi dirinya adalah ketika usianya beranjak memasuki dua tahun. Krusial karena usia dua tahun adalah batas masa ia boleh mengkonsumsi ASI (Air Susu Ibu) (al-Baqarah ayat 233). Meski bukan satu-satunya menu makanan yang dikonsumsi seorang anak, namun aspek psikologis-batin antara ibu dan anak membuat ASI menjadikan ASI semacam ketergantungan bagi sebagian besar anak.

Para ahli tentang bayi dan anak menyarankan agar hati-hati serta waspada memperlakukan anak ketika menjelang dan setelah masa menyapih. Jika tidak hati-hati, gangguan psikologis yang dialaminya akan berpengaruh terhadap diri si anak sampai usia dewasa. Wah… mengerikan sekali kayaknya.

Berdasarkan informasi itu dan cerita dari teman-teman yang sudah pernah mengalaminya, saya berusaha melihat lebih jelas perkembangan psikologi Hanafi. Meski dengan variasi problem psikologi yang berbeda, namun informasi dari mereka memang saya lihat.

Hanafi yang sebelumnya relatif periang dan suka main sendiri, menjelang dan setelah di stop ASI nya nyaris berubah drastis. Gejala yang nampak adalah ia menjadi suka marah, terutama ke uminya. Tidak jarang ketika sedang ketagihan ASI dan tidak di turuti, tangan dan kakinya berusaha dilayangkan ke tubuh uminya. Sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan.

Begitu pula ketika bermain. Ia ingin selalu ditemani, khususnya oleh abinya. Padahal abinya harus bekerja sehingga kadang-kadang suasana psikologis kedua pihak sama-sama bermasalahan. Belum lagi permintaan-permintaan yang terkesan mengada-ada semakin menguji kesabaran abi dan uminya. Sepertinya ia meminta perhatian lebih sebagai kompensasi atas ketidaknyamanan yang dirasakannya karena berhenti mengkonsumsi ASI.

Alhamdulillah setelah hampir dua minggu, suasana pun relatif membaik. Perlahan-lahan Hanafi mulai bisa menerima kenyataan yang memang harus ia terima. Tingkah lakunya mulai tenang kembali meskipun kadang-kadang letupan-letupan kecil masih muncul. Hikmah tersendiri bagi kami barangkali dia mulai suka minum susu tambahan dan makan nasi, dua benda yang sebelumnya sangat ia tolak.

Meski setiap anak memiliki karakter berbeda, mungkin pengalaman yang saya alami sedikit membantu. Berikut kiat-kiat ketika menyapih bayi kita yang merupakan rangkuman informasi dan nasehat orang-orang serta pengalaman pribadi. Semoga bermanfaat.

Kiat-kiat dalam menyapih bayi.

pertama, lakukan secara bertahap, misal mengurangi kebiasaan si anak menyusu dari 5 kali menjadi 3 atau 4 kali sehari.
kedua, komunikasikan dengan si anak. Meskipun masih kecil anak mulai bisa memahami kemauan kita apalagi kalau dilakukan secara terus menerus.
ketiga, ajak anak melakukan kegiatan lebih banyak dari hari-hari biasanya supaya perhatiannya teralihkan seperti bermain, membaca buku cerita atau aktifitas lainnya.
keempat, oleskan sesuatu yang pahit, asin atau obat merah pada jalur keluarnya ASI. Bisa juga menutupnya dengan plester sehingga ketika anak meminta dengan sendirinya merasa tidak enjoy.
kelima, partisipasi ayah juga sangat penting karena pada sebagian anak akan tidak menyukai ibunya untuk beberapa lama khususnya sebelum ia bisa menerima kenyataan tersebut.
keenam, jika sudah berjalan proses penyapihan, jangan kembali memberi anak ASI apapun alasanya karena akan mempersulit proses penyapihan lanjutan. Anak saya pernah drop sampai terjadi dehidrasi sehingga uminya kasihan dan kembali memberi dia ASI. Akibatnya ketika anaknya sudah sehat dan melanjutkan proses penyapihan, reaksi anak jauh lebih hebat.
ketujuh, jangan mengalihkan ASI ke botol bayi atau kempeng karena akan melahirkan ketergantungan baru dan juga banyak efek negatif yang menyusul.
kedelapan, tidak lupa juga tentunya berdoa kepada Allah swt supaya proses ini berjalan dengan baik dan si anak tidak mengalami gangguan psikologi yang lama dan berbahaya. selamat menikmati pengalaman yang mempesona.




For mas syeif yang lagi cari ilmu di negeri orang jangan lupa selalu doanya untuk hanafi dan juga... kadonya. .:D

| edit post

3 Responses to "dua minggu yang “mempesona”"

  1. Anonim Says:
  2. Subhanallah..Semoga menjadi anak yg Shaleh bi..Menjadi penerus amanah dakwah berjiwa mujahid..
  3. abinehanafi Says:
  4. amin.terima kasih doanya.
  5. fphoer Says:
  6. mudah2 menjadi anak yang sholeh

Posting Komentar