RSS

pesta telah tiba

abinehanafi Filed Under: Label:
Bismillahirrahmanirrahim

Awalnya tadi pagi saya berkenan menuruti ajakan seorang teman untuk menemaninya mengurus paspor ke sebuah instansi di pusat kota. Namun tak lama berselang niat baik itu terpaksa saya batalkan setelah seorang teman lainnya datang dari pusat kota mengatakan telah melihat satu kesibukan di beberapa sudut kota. Saya khawatir jadwal rutin saya hari ini tidak bisa terpenuhi karena adanya kesibukan di pusat kota sehingga perjalanan pengendara kendaraan di jalan raya terganggu.

Dalam perjalanan menuju kantor, teman saya telah melewati beberapa orang yang menenteng puluhan bendera bergambar caleg dan partai peserta pemilu. Beberapa kelompok orang juga terkonsentrasi di sudut-sudut jalan tertentu. Ia juga melihat sekelompok anak muda menyiapkan motor mereka yang mempunyai suara
“ngreng… ngereng…” cukup memaksa orang menutup telinga ketika dilewatinya.

Saya baru sadar setelah diberitahu kalau mulai kemarin telah dimulai masa kampanye seperti yang telah ditetapkan KPU Indonesia. Permulaan dari serangkaian proses untuk menuju senayan dan menduduki kursi R1. Maka orang-orang harus mulai untuk membiasakan diri mendengar deru sepeda motor beserta klaksonnya di jalan raya, mengalami kemacetan ketika bepergian, melihat kumpulan banyak orang di lapangan ataupun juga menerima ajakan orang untuk mencoblos dirinya serta partainya. Ya… memang harus begitu kenyataannya.

Kalau melihat gelagat sepertinya tidak ada perubahan tata cara kampanye pemilu tahun ini dengan pemilu-pemilu sebelumnya, bahkan sejak saya kecil sekalipun. Model pengerahan massa besar-besaran dengan pawai di jalanan, pengumpulan massa di lapangan terbuka dengan melibatkan artis ataupun public figure lainnya, termasuk juga pemasangan poster dan baliho di pinggir-pinggir jalan raya. Kalaupun ada perbedaan barangkali jumlah partai politik yang terus berubah.

Beberapa menit berikutnya kamipun terlibat diskusi kecil tentang beberapa hal menarik yang biasa terjadi menjelang pemilu di Indonesia. Tentang ramainya wacana koalisi antar partai, spanduk dan baliho yang semakin memenuhi jalan raya, maupun hal-hal kecil lainnya semisal kekahwatiran munculnya orang-orang gila baru yang gagal menjadi caleg padahal milyaran uangnya telah terkuras.

Terlepas dari pilihan politik yang telah dan akan saya ambil, saya berdoa dan berharap tidak ada lagi korban jiwa dalam pesta demokrasi tahun ini. Sebuah kematian yang rugi tentu saja. Apalagi biasanya yang menjadi korban adalah orang-orang kecil, sementara orang-orang besarnya justru duduk enak dan nyaman di senayan.

Semoga Allah swt mengampuni kita dan memberikan kekuatan kepada orang-orang yang senantiasa memperjuangankan agamaNya. Orang-orang yang selalu dan senantiasa mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, harta juga jiwanya untuk dien ini dan tidak pernah memikirkan kapan menangnya Islam karena itu wilayah Allah swt. Mereka menyadari tugas mereka adalah bekerja dan bekerja seikhlash dan semaksimal mungkin sampai kemudian pada saatnya Allah swt menganggap umat ini sudah layak untuk di beri kemenangan. Pada saat itulah kemenangan hakiki akan tiba. Kapan waktunya?
Allahu ‘alam bishowab.


Bagi seseorang yang menjadi panitia coblosan di negeri orang, hati-hati jaga dirinya.

| edit post

1 Response to "pesta telah tiba"

  1. Anonim Says:
  2. dan alhamdulillah di sini enggak ada kampanye kayak gitu .
    jadi aman tentram dan nyaman .
    buat pemilu kali ini , , sepertinya temen temen pada golput .
    baik dengan alasan ato enggak .

Posting Komentar